Foto: Kampung Dolar Muara Gembong, Riwayat Perihmu Kini

Muhammad Zaenuddin|Katadata
4/7/2021, 07.30 WIB

Kampung Dolar merupakan sebutan lain dari Kampung Beting. Letaknya di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dahulu, mayoritas warga di sana merupakan penambak ikan bandeng dan udang. Pada 1970-an, penghasilan para penambak di sana sudah jutaan rupiah. Karena itulah daerah tersebut dijuluki Kampung Dolar.

Namun cerita manis Kampung Dolar kini tinggal kenangan. Pengikisan garis pantai oleh ombak atau abrasi menjadi penyebab utama hilangnya sumber mata pencaharian warga setempat. Tak hanya itu, abrasi merendam banyak rumah di sana satu dekade lalu.

Tak heran bila sekitar 2.000 orang terpakasa meninggalkan rumahnya yang rusak diterjang gelombang pasang laut. Pada 2014, misalnya, Badan Pusat Statistik mencatat penduduk di sana masih sejumlah 8.166 jiwa, dua tahun kemudian menyusut tinggal 7.161 orang.

Walau sudah banyak yang meninggalkan kampung itu, Ajah tetap bertahan. Perempuan 43 tahun dan keluarganya ini tidak bergeser dari kediamannya, walau terus-menerus digenangi air rob. Wanita asal Indramayu ini sudah tinggal di sana sejak berusia dua tahun bersama orang tuanya yang penambak bandeng itu.

Menurut Ajah, “Masa jaya usaha milik bapak memang sudah berlalu, bahkan tiada berbekas saat ini.” Namun dia begitu berat untuk meninggalkan kampungnya. Untuk mengatisapsi masuknya genangan banjir rob, Ajah sudah tiga kali meninggikan lantai rumahnya dengan semen kurang lebih 15 sentimeter.

Karena abrasi, jarak permukiman warga dengan bibir pantai di Desa Pantai Bahagia terus menyusut sejak 20 tahun silam. Berbagai upaya seperti yang dilakukan Ajah tidak berhasil menagkis laju air rob. Mereka yang masih bertahan di Kampung Beting berharap pemerintah membantu untuk meninjau dan mengatasi permasalahan tersebut.

“Sekarang kami bolak-baik ke Indramayu. Kalau sedang banjir seperti ini, siapa yang kuat. Anak-anak kasihan, jadi gampang sakit. Belum juga tambak garam si bapak ya terendam semua,” ujar Ajah sambil menyuguhkan kopi dari dapur rumahnya. “Mau teriak bagaimana juga gak bakal ada yang denger kami.”