[Foto] Kreativitas Olahan Sampah Plastik Menjadi Berkah

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Penulis: Antara
29/9/2024, 07.15 WIB

Sampah plastik di Tanah Air merupakan perkara serius yang mempengaruhi lingkungan, kesehatan masyarakat hingga keberlanjutan ekosistem. Juga, ini menjadi isu besar yang memberi dampak pada kehidupan generasi mendatang.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdapat 69 juta ton sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia sepanjang 2022 dengan 18,2 persen atau 12,5 juta ton adalah sampah plastik. Jutaan ton sampah plastik itu terus menumpuk dan meningkat setiap tahunnya.

Matori (49) warga Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Indramayu berupaya andil dalam menangani sampah di wilayah tempat tinggalnya. Sejak 2019, Mamat panggilan akrab Matori, menginisasi pembentukan kelompok Wilayah Masyarakat Pengelola Daur Ulang Sampah (Wiralodra) yang berfokus mengolah sampah dari rumah warga untuk dijadikan pakan budidaya maggot dan menjual sampah plastik ke pengepul yang ada di desa sebelah.

Seiring berjalannya waktu, Mamat membawa Kelompok Wiralodra berkolaborasi dengan komunitas Teman Istimewa dan mulai fokus untuk mengolah sampah plastik. Bersama komunitas tersebut, Mamat mempelajari berbagai jenis sampah plastik yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai macam kerajinan, sehingga mereka berhasil membuat alat untuk memasak sampah plastik yang diolah menjadi sebuah plakat dan laku dijual.

Jenis sampah plastik HDPE dan PET seperti tutup botol, helm bekas, ember bekas biasanya akan dilebur dan dicetak menjadi lembaran papan plastik yang menghasilkan motif warna-warni yang abstrak dan akan lebih bernilai seni apabila diolah menjadi kerajinan.

Proses pengolahan kerajinan dari sampah plastik tersebut biasanya dimulai dari memisahkan jenis sampah, warna, dan ukurannya. Setelah dipilah, sampah dicacah menggunakan mesin hingga berukuran kecil.

Hasil cacahan sampah plastik dimasak menggunakan kompor berbahan bakar minyak jelantah limbah dari rumah tangga, selayaknya memasak dodol. Cacahan sampah plastik dimasak dan terus diaduk-aduk kurang lebih dua jam hingga menghasilkan adonan dengan kualitas yang bagus.

Adonan tersebut dimasukkan ke dalam mesin cetakan (molding) sampai membeku dan menghasilkan lembaran olahan plastik dengan warna abstrak dan siap digunakan untuk bahan dasar pembuatan kerajinan.

Bersama Komunitas Teman Istimewa, cetakan itu diolah dan didesain menjadi karya kerajinan, seperti plakat, meja-kursi, tempat tisu dan jam dinding. Plakat dan jam dinding biasanya dijual Rp 300 ribu hingga 600 ribu, tergantung motif dan ukurannya. Adapun meja dan kursi biasanya dijual seharga Rp 1,5 juta hingga 2,5 juga per set dengan jumlah pesanan 20 hingga 50 per bulan.

Dari hasil penjualan olahan kerajinan berbahan limbah plastik itu, Mamat meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah. Dalam sebulan, Mamat mengolah sampah plastik 200 hingga 500 kilogram jenis PET dan HDPE. Adapun sampah plastik yang belum bisa dimanfaatkan untuk kerajinan seperti jenis PVC dan LDPE serta sampah plastik kresek dijual ke pengepul.

Bersama kelompoknya, Mamat berharap upaya yang dilakukannya bisa mengurangi pencemaran sampah plastik. Juga, dapat menjadi ruang inklusi untuk  mendorong kesadaran masyarakat agar dapat mengelola sampah dengan benar dan bisa mengurangi pencemaran lingkungan.

Reporter: Antara