Strategi Membesarkan Pertamina

Penulis:
Editor: Arsip
18/5/2013, 00.00 WIB

Ke depan, Pertamina bisa diberi peluang dan didukung memasuki area-area bisnis berisiko tinggi. Namun, jika Pertamina gagal menemukan cadangan migas saat melakukan pengeboran eksplorasi, janganlah lantas dianggap merugikan negara dan menimbulkan konsekuensi hukum terhadap Pertamina.

Di sisi lain, tentunya Pertamina harus terus berbenah diri. Di manapun, suatu entitas yang tidak ada pesaingnya, cenderung masuk comfort zone, merasa mapan dan tidak mau capek. Karena itu, alangkah bijaksana jika dalam lingkungan Pertamina ditumbuhkan iklim atau kultur kerja yang harus selalu bergolak secara positif. Ini ibarat memasukkan ikan hiu kecil ke penangkaran ikan tuna agar ikan tuna itu bergerak terus dalam kandangnya. Kalau ikan tuna tangkaran tidak bergerak, maka cenderung berlemak dan harganya turun. Jadi, masukkan saja ikan hiu ke dalam sangkar, dan ikan tuna yang malas akan mati dimakan hiu. 

Dalam konteks Pertamina, barangkali masukkan saja pekerja ekspariat untuk mewarnai atau mengubah kultur perusahaan. Kalau tidak ia akan tetap merasa puas, merasa sudah tahu segalanya. Ini akan tidak sehat, terbukti begitu banyak wilayah kerja Pertamina yang tidak dikelola dengan maksimal. Itu karena memang karena Pertamina tidak diizinkan untuk memasuki wilayah bisnis yang berisiko tinggi dan karena kultur di internal Pertamina sendiri yang kurang fight.

Masalah ini harus terpecahkan, harus ada breakthrough untuk memutus rantai permasalahan. Saya lihat di Petronas masalah ini sudah terurai, bahkan kemudian Petronas menjadi perusahaan terbuka.

Contoh lainnya adalah PGN, yang sudah bertransformasi dengan baik dan lebih sehat ketika menjadi perusahaan terbuka. Walaupun kita juga mengeluh kepada PGN karena tidak mau mengambil bisnis rugi dari sisi korporat tetapi untung dari sisi government. Misalnya, PGN tidak bersedia melaksanakan anjuran pemerintah untuk masuk program gas kota karena berisiko tinggi meskipun itu program pemerintah. Jadi, harus dipikirkan bagaimana mencari win-win solution.

Keempat, barangkali ada baiknya bisnis Pertamina yang tidak menguntungkan atau non core business dilepaskan saja. Dan yang terakhir, namun tidak kalah penting, adalah ring fancing wilayah kerja Pertamina. Saat ini, wilayah kerja Pertamina dari Sabang sampai Merauke menjadi satu wilayah kerja. Ini tidak sehat untuk Pertamina sendiri, sebab tidak akan diketahui kinerja masing-masing unit wilayah kerja.

Karena itu, Pertamina perlu melakukan ring fancing sehingga pembukuan region Jawa misalnya, akan terpisah dengan Sumatera dan region-region lainnya. Bila perlu pembagian region bukan per pulau, tetapi diperkecil lagi hingga per lapangan. Dengan demikian akan diketahui mana region atau lapangan yang cost center dan mana yang profit center, mana yang eksplorasinya kencang dan mana yang kurang. 

Saya kira itu lima poin untuk membesarkan Pertamina. 

Halaman:
Reporter: Redaksi

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.