Menebar Bantuan Tunai di Masa Ekonomi Sulit Pandemi Corona

123rf/Igor Sapozhkov
Penulis: Agustiyanti
30/3/2020, 06.05 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan hampir semua negara saat ini menggelontorkan stimulus fiskal yang luar biasa untuk meredam dampak virus corona. Stimulus terutama diberikan untuk menangani masalah kesehatan, perlindungan sosial, dan melindungi dunia yang kini dalam ancaman kebangkrutan masif.

"IMF memperkirakan outlook global tahun ini negatif. Kondisi ini seperti 2008 atau bahkan lebih buruk," terang Sri Mulyani.

Adapun stimulus yang digelontorkan beragam negara adalah upaya agar krisis kesehatan yang saat ini terjadi tak merembet kepada krisis ekonomi, dan sosial.

"Semua negara mencoba untuk contain, menjaga agar krisis di bidang kesehatan dan kemanusiaan ini tidak kemudian menimbulkan spill over ke krisis ekonomi," kata dia.

(Baca: IMF Minta Pimpinan G20 Tingkatkan Dana Darurat Corona Dua Kali Lipat)

Para pimpinan negara G20 pada Kamis (26/3) bahkan menyatakan akan mengucurkan stimulus fiskal mencapai US$ 5 triliun ke perekonomian, sebagaian besar atau US$ 2,2 triliun berasal dari AS. Stimulus fiskal tersebut lebih besar dibandingkan saat krisis keuangan 2008.

Menanti Stimulus Lain

Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi menyebutkan bahwa sumber utama masalah saat ini yakni virus corona. "Sumber masalahnya harus dihentikan. Kalau pandemi meluas, kebijakan stimulus fiskal maupun moneter lainnya tidak akan optimal," ujar Eric.

Dia pun menyarankan pemerintah fokus pada penanganan virus corona dan memitigasi dampak ekonominya. Bantuan tunai untuk rumah tangga miskin dan sektor informal saat ini dapat lebih efektif untuk meredam dampak pandemi tersebut.

Selain bantuan tunai,  Ekonom Bank Dunia Vivi Alatas memaparkan sejumlah langkah lain yang dapat dilakukan pemerintah untuk meredam dampak corona. "Mereka yang paling rentan terkena dampak adalah karena tidak punya pilihan social distancing dan berkurangnya penghasilan dengan drastis," ujar Vivi dikutip dari akun Twitter-nya, Senin (23/3).

(Baca: Pandemi Corona Menjalar ke Negara Miskin, Risiko Lebih Besar Mengintai)

Pertama, mendorong orang-orang yang belum terdaftar untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. Ini dapat dilakukan dengan memberikan insentif potongan iuran beberapa bulan.

Kedua, menambah dan memperluas bantuan pangan nontunai. Ketiga,  menggeratiskan listrik pelanggan golongan 450 VA dan 900 Va. Keempat, menaikkan pendapatan tidak kena pajak. Kelima, membebaskan sementara pajak UMKM.

Saat ini, pemerintah juga tengah mengkaji rencana untuk meringankan tarif listrik bagi pelanggan golongan 450 VA dan 900 VA. Wakil Presiden Maruf Amin menjelaskan, keringan tarif listrik akan diberikan bagi rumah tangga miskin.

(Baca: Tanggap Corona, Pengusaha Warteg Gratiskan Makan 100 Orang per Hari)

Sasaran rumah tangga yang dapat memperoleh keringanan tersebut kini ada dalam daftar terpadu yang dimiliki Kementerian Sosial. Namun, pemerintah ingin agar setiap bantuan yang diberikan tepat sasaran sehingga diperlukan seleksi ketat.

"Untuk menghindari jangan sampai yang menerima bukan orang miskin tapi orang kaya. Kemudian dilakukan seleksi supaya tidak salah sasaran," ujar Ma'ruf.

Keringan tarif listrik diharapkan dapat membantu masyarakat prasejahtera melewati masa sulit selama pandemi corona.

Hingga Jumat kemarin, kasus positif virus corona mencapai 1.046. Sebanyak 87 orang meninggal dan 46 orang berhasil sembuh. Adapun grafik penambahan kasus baru dapat dilihat dalam databoks di bawah ini.

Halaman: