Dalam epsiode perdana Gultik (Pergulatan Poltik), pembawa acara Wahyu Muryadi alias Om Why berbincang-bincang dengan Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Arsjad Rasjid.
Obrolan politik yang santai tapi menggelitik ini mengupas berbagai isu, terutama mengenai alasan Arsjad menerima pinangan PDIP, PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo untuk memimpin TPN.
Ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) periode 2021-2026 ini juga mengklarifikasi kedekatannya dengan Presiden Joko Widodo. “Banyak orang dekat sama Pak Jokowi. Kami semua menghormati beliau,” ucap Arsjad.
Ada pula mengenai strateginya dalam memenangkan Ganjar-Mahfud dalam Pilpres 2024. Seperti apa pembicaraan keduanya? Simak kutipan wawancaranya di bawah ini.
Sebagai informasi, diskusi lengkap Om Why dengan Arsjad Rasyid dapat Anda saksikan pada Gultik (Pergulatan Politik) di kanal YouTube Katadata Indonesia. Program ini juga menghadirkan narasumber menarik lainnya yang hadir setiap Jumat pukul 7 malam.
Anda memilih jadi Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud karena pertimbangan emosional atau sudah ada kalkulasi cermat?
Ada beberapa hal. Pertama, hatinya harus kena dulu. Kedua, apakah cocok atau tidak dengan apa yang ingin saya lakukan. Lalu, saya selalu berpikir risikonya.
Kabarnya tidak langsung mendapat informasi tersebut tapi denger-denger?
Saya dapat kabar dari berita. Waktu itu lagi KTT ASEAN, tiba-tiba orang bilang. Saya kaget. Sampai keluarga saya menelepon dan menanyakan karena ini keputusan besar.
Harusnya saya diajak bicara dululah. Mungkin energinya terlalu tinggi, lalu keluar keputusan tersebut. Ya sudahlah. Dari situ saya bertemu, menanyakan lagi kira-kira apa dan bagaimana. Suatu kehormatan bisa dipilih menjadi salah satu ketua TPN.
Pertimbangan akhirnya mau menjadi ketua TPN apa?
Waktu itu memang konteksnya perubahan, banyak dinamika terjadi. Saya berpikir dengan satu pemikiran.
Pertama, saya mengerti ekonomi dan bisnis. Kalau saya melihat bagaimana meng-influence supaya menuju Indonesia Emas 2024. Kalau saya ada di dalam, saya rasa bisa mempengaruhi pemikiran dari segi visi, misi, dan jalannya bagaimana.
Kedua, saya melihat ini unik. Pemilu kali ini cukup berbeda. Sebanyak 30% pemilih merupakan pemula. Lalu, 30% lagi pemilih yang kedua kali, baru 40% adalah semuanya.
Dari para pemilih muda, saya rasa ini bagian dari kami untuk melakukan edukasi. Jangan dianggap politik ini enggak asyik, hitam, korupsi.
Saya ingin menjadi bagian depan untuk memperlihatkan politik bisa menjadi asyik, bermakna, dan memberikan positive influence, dan mengedukasi anak-anak bahwa Anda harus ikut serta, jangan apatis. Yang kita pilih adalah masa depan.
Nama tim ini pemenangan. Sepertinya optimistis sekali untuk menang?
Harus dong. Jelas kok.
Dasarnya apa yakin menang?
Kira harus memilih figur personality-nya bagaimana, nilai-nilai, dan track record-nya. Tiga hal ini penting untuk memilih seorang pemimpin masa depan.
Untuk itu, kita harus tahu tantangan ke depan apa. Tantangan geopolitik dan ekonomi ada. Lalu soal bonus demografi.
Dari situ dicocokkan dengan pemimpin mana yang mau kita pilih. Kalau di bisnis ada istilah there is a business life cycle.
Dalam bisnis, orang berusaha mencegah dan memitigasi risiko sekecil mungkin. Anda sudah paham risiko dari bisnis masuk ke politik?
Kalau saya bilang ini belum masuk politik.
Loh, belum? Tapi bergabung ke TPN?
Ini adalah tim pemenangan, bukan masuk sebagai pejabat negara dan lain-lain. Tugasnya hanya memenangkan. Saya bukan masuk ke dalam ranah politik. Hanya memastikan, kalau dalam bisnis, produknya.
Saya punya produk namanya Ganjar dan Mahfud. Nah produk ini saya harus jual supaya orang beli. Dengan konteks tim pemenangan, saya ini memastikan awareness dan popularitas Ganjar-Mahfud dari Sabang sampai Merauke.
Jadi, bagaimana caranya menang?
Insya Allah, bismillah. Yang kami harapkan cuma satu, pemilu yang fair. Itu saja.
Kenapa bicara pemilu yang fair? Apakah ada kekhawatiran tertentu?
Semua ingin fairness. Enggak ada kata-kata di belakang itu. Saya hanya menyatakan, legitimasi ke depan ini penting sekali. Makanya saya mengatakan fairness harus terjadi. Itu saja.
Itu ditunjukkan dengan cara apa?
Pak Mahfud sudah mengatakan yang paling penting ke depan netralitas aparat. Itu saja.
Maksudnya?
Saya tidak tahu. Itu istilah Pak Mahfud. Saya membawa apa yang Pak Mahfud katakan.
Aparat penegak hukum maksudnya?
Saya tidak tahu. Itu kata Pak Mahfud. Intinya buat saya adalah fairness.
Pak Mahfud kan Menkopolhukam, atasannya aparat dong, walaupun nanti akan cuti?
Kita harus mengedukasi. Namanya menteri koordinator melakukan koordinasi. Tapi keputusannya ada di menteri-menteri dan pejabat setingkat menteri. Dia hanya mengkoordinasi.
Berarti yang paling menentukan bosnya para aparat penegak hukum. Presiden dong? Pak Jokowi?
Menurut saya, Pak Jokowi itu negarawan. Saya menghormati beliau. Beliau sudah membawa Indonesia melewati semua proses dari pandemi dan segala macam, membawa kepercayaan dunia sampai kepada kita semua. Kita harus menghormati itu. Kami yakin Pak Jokowi netral. Saya yakin.
Lalu, kenapa dipesankan agar netral? Itu ditujukan ke siapa?
Kami tidak tahu. Saya tidak mau menuduh satu orang. Saya hanya mengingatkan. Tidak tahu siapa yang melakukan dan tidak mau menuduh.
Yang tidak kalah penting juga adalah mengorkestrasi TPN karena terdiri dari banyak partai?
Tidak banyak. Kami hanya empat. Yang banyak di sana. Kilas balik ke Pilpres 2014, waktu itu juga sedikit partai yang berkoalisi dengan PDIP. Yang banyak sebelah sana tapi yang menang Pak Jokowi
Nah, kalau sekarang hanya empat. Yang paling penting, kata Ibu Mega (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri), adalah soliditas. TPN menjadi tempat kerja samanya. Kami memilih kerja sama dengan partai yang mengusung capres dan cawapres. Kami ingin memenangkan Ganjar-Mahfud. Itu tugas kami.
Kami dengar banyak yang ditarik ke koalisi sebelah juga?
Loh, silakan. Saya tidak tahu karena tidak ada yang pernah ngomong ke saya. Kalau sama saya, yang saya tahu pada banyak yang mau bergabung ke kami. Makanya saya hanya bisa bicara apa yang saya alami, rasakan, dan pikirkan.
Saya bukan mengurus partainya. Itu urusan partai. Saya me-manage urusan kerja samanya. Saya minta orang-orang dari semua partai yang bisa bekerja untuk TPN.
Urusan logistik bagaimana? Ini pentingnya juga.
Penting. Istilahnya, kalau tidak ada bensin, mobil tidak jalan. Tapi logistik ini sudah suatu proses. Bukan bicara hari ini saja tapi kemarin dan besok. Ternyata banyak yang mendukung.
Anggaran yang disiapkan berapa triliun?
Saya lagi proses belajar. Sekarang saya mengumpulkan budget. Lain kali saya jawab. Saya baru mengumpulkan dan tidak melihat angka.
Kalau tanya angka, macam-macam. Tapi saya bilang, sudahlah coba ke dalam dulu, mulai dari bottom-up.
Yang pasti triliunan?
Tidak. Belum tentu. Saya ingin me-manage sebuah kampanye efektif dan efisien.
Banyak yang mengatakan Anda adalah orang Pak Jokowi. Anda tidak merasa memutuskan terlalu cepat bergabung ke TPN?
Banyak orang dekat sama Pak Jokowi. Kami semua menghormati beliau. Diskusinya mungkin berbeda-beda. Kalau dengan saya pasti soal bisnis dan ekonomi, Ibu Kota Nusantara, tantang ekonomi, dan semuanya.
Karena itu, kami membuat Peta Jalan Indonesia Emas. Kami berikan kepada beliau. Itu diskusi kami. Jadi, kalau dibilang siapa orangnya Jokowi? Semua orang karena beliau itu presiden kita.
Terakhir, kalau pasangan AMIN (Anies Baswedan-Muhaimin Iskanda) taglinenya soal perubahan. Prabowo-Gibran tegak lurus. Kalau Ganjar-Mahfud apa? Kabarnya masih bingung.
Tagline kami adalah untuk bangsa, Indonesia unggul. Ini untuk memastikan yang menang itu rakyat. Kami hanya membawa kemenangan rakyat.
Saya percaya pemimpin bangsa yang bisa membawa dan menjadi Indonesia Unggul agar menjadi negara maju adalah Ganjar-Mahfud.