Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berharap agar PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) konsisten mempertahankan posisinya sebagai operator pelabuhan kelas dunia. Tahun lalu, tepatnya pada Jumat (1/10), Kementerian BUMN telah berhasil menyatukan perusahaan-perusahaan pelabuhan pelat merah, yakni Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III dan Pelindo IV.
Merger itu dilakukan atas titah Presiden Joko Widodo. Kepala Negara memiliki visi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Setelah adanya merger tersebut, Erick meyakini bahwa industri logistik di Indonesia memiliki nilai yang kompetitif. Sehingga, pengiriman dari Indonesia ke negara-negara tujuan bisa langsung dilakukan tanpa harus singgah terlebih dahulu di Singapura dan Malaysia.
“Saya akan terus mendorong Pelindo menjadi operator pelabuhan dengan kinerja kelas dunia, yang menghubungkan belasan ribu pulau nusantara tanpa terkecuali. Dan, membawa arus pertumbuhan perekonomian Indonesia yang maju, makmur dan mendunia,” kata Erick saat memberi sambutan dalam peluncuran buku Menuju “Satu BUMN Pelabuhan” secara daring, Selasa (12/7).
Buku Menuju “Satu BUMN Pelabuhan” berisikan rujukan fakta, cerita dan pembelajaran mengenai proses merger Pelindo yang bersejarah. Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono mengungkapkan, buku itu menyajikan dokumentasi tentang praktik merger perusahaan-perusahaan pelabuhan BUMN sejak awal hingga tahap akhir.
Proses merger itu diakui Arif begitu mulus, baik dari sisi internal maupun eksternal. Mengapa bisa begitu lancar?
Arif mengatakan, ia merasakan dukungan yang besar dari Kementerian BUMN kepada Pelindo. “Itu sangat-sangat membantu kami. Dan, menurut saya itu hal yang paling utama, sehingga apa yang diminta oleh pak menteri (Erick Thohir) dapat terjadi,” ucapnya.
Menurut Arif, program merger ini merupakan salah satu langkah awal bagi perseroan untuk menapaki langkah selanjutnya. Adapun yang menjadi focus Pelindo saat ini adalah memperbaiki persepsi masyarakat terhadap perusahaan.
Program utama yang dijalankan perseroan adalah memperbaiki biaya logistik di Indonesia. “Sejarah tidak bisa diubah, tetapi kita bisa memperbaiki dengan apa yang kita lakukan saat ini,” tandas Arif.
(Tim Riset Katadata)