Peringatan Hari Listrik Nasional ke-77 dan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 menjadi momentum percepatan transisi energi. Pengembangan energi baru terbarukan dan efisiensi energi dilakukan demi mencapai kemandirian energi jangka panjang.
Sektor ketenagalistrikan pun diharapkan dapat bertransformasi untuk energi bersih yang andal, aman, ramah lingkungan, dan terjangkau.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, KTT G20 menghasilkan 52 poin kesepakatan di berbagai sektor, termasuk sektor ESDM. Dua poin khusus yang telah disepakati terkait sektor energi adalah upaya percepatan dan memastikan transisi energi yang berkelanjutan, adil, terjangkau, serta investasi yang inklusif.
“Dan, bagi compact serta peta jalan transisi energi (KTT G20) Bali disepakati menjadi panduan untuk mencari solusi mencapai stabilitas pasar energi, transparansi, dan keterjangkauan,” jelasnya.
Plt. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengajak semua pihak untuk berpartisipasi terhadap target capaian 120 juta ton emisi pada 2060. Menurutnya, gerakan penurunan emisi ke depan akan bertumpu pada elektrifikasi.
“Bagaimana clean energy ke depan, sektor BBM (bahan bakar minyak) yang langsung dipakai baik di industri dan transport pada 2060, bukan akhir dari pemanfaatan bahan bakar cair,” ujar Dadan.
Ia memperkirakan, konsumsi listrik akan semakin naik, sebab konsumsi listrik per kapita di Indonesia jauh tertinggal dari negara tetangga. Malaysia, misalnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan setelah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 21 Tahun 2022 tentang Tata Laksana Penerapan Nilai Ekonomi Karbon terbit, Kementerian ESDM memfinalkan peraturan menteri ESDM terkait hal tersebut.
Kemudian, pada Desember 2022, pemerintah melakukan uji coba perdagangan karton di pembangkit listrik tenaga uap. Sehingga, pada 1 Januari 2023 perdagangan karbon bisa dilaksanakan di pembangkit. “Banyak yang menjadi tantangan di tahun 2023, bagaimana pembangkit-pembangkit bisa meningkatkan efisiensi dari penggunaan bahan bakar,” kata Dadan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara Darmawan Prasodjo mengatakan rasio desa berlistrik secara nasional telah mencapai 99,73 persen. Total, 83.202 desa sudah mendapatkan akses listrik.
Salah satu upaya perseroan yang dilakukan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi adalah menggelar Program Listrik Desa. “Ini merupakan langkah akselerasi, sehingga masyarakat bisa menikmati listrik secara cepat,” tuturnya.
Darmawan mengungkapkan, kegiatan elektrifikasi juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal itu tercermin dari pertumbuhan konsumsi listrik yang terus meningkat. Hingga September 2022, konsumsi listrik naik 7,46 persen.
Total penjualan listrik tercatat sebesar 201,78 Terawatt hour (TWh), lebih tinggi dibanding posisi September 2021 yang sebesar 187,8 TWh.
“Listrik adalah jantung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hadirnya listrik mampu mendorong geliat ekonomi masyarakat, industri, dan sektor bisnis,” pungkas Darmawan.