Pembangunan KEK Sanur, Upaya Erick Thohir Dorong Wisata Berkualitas
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali sebagai destinasi wisata kesehatan akan menjadi awal mula penataan ulang konsep pariwisata di Bali.
Penataan ini diharapkan dapat memperbaiki struktur ekonomi di Bali yang selama ini bergantung pada konsep turisme massal dan bukan berbasis kualitas.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengatakan kawasan yang dibangun pada 1963 berdasarkan visi Presiden Soekarno itu bakal ditransformasikan sebagai destinasi pariwisata komprehensif dengan memadukan antara segi budaya, kesehatan, dan alam.
Dengan begitu, Bali bisa menarik wisatawan melalui beragam keunikan dan eksotisme yang ditunjang oleh infrastruktur dan fasilitas terpadu.
“Pengembangan KEK Sanur akan menata ulang konsep pariwisata di Bali dengan meningkatkan length of stay dan spending wisatawan di Bali,” ujar Erick, Senin (16/1).
KEK Sanur, kata Erick, dipilih untuk tujuan pengembangan destinasi wisata unggulan bukan hanya lantaran faktor sejarah semata, tetapi karena terdapat potensi untuk mengembangkan wisata kesehatan internasional. “Hal ini akan makin mengglobalkan Sanur sebagai wisata kesehatan internasional,” katanya.
Di kawasan seluas 41,26 hektare itu, Erick berujar, akan dibangun fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dan klinik bertaraf internasional bekerjasama dengan rumah sakit terbesar di Amerika Serikat Mayo Clinic.
Kemudian juga ada revitalisasi Hotel Bali Beach atau Grand Inna Bali Beach (GIBB), convention center, ethnomedicinal botanic garden, dan commercial center untuk menampung UMKM.
“Selama ini kita kehilangan hingga Rp 77,5 triliun setiap tahun dari dua juta penduduk Indonesia yang berwisata medis ke Singapura dan Malaysia. Kalau dapat memanfaatkan hal itu, ini punya dampak ekonomi luas bagi masyarakat lokal,” ujar Erick.
Menurut Erick, setelah beroperasi penuh yang dijadwalkan selesai di 2024, KEK Sanur dapat menyerap sekitar 43.000 tenaga kerja. Pada 2045, KEK Sanur diharapkan mampu menambah total perolehan devisa hingga US$ 1,28 miliar atau Rp 19,6 triliun. "Total investasi untuk membangun KEK Sanur mencapai Rp 10,2 triliun," katanya.
Selain itu, Erick menyampaikan bahwa proyek pengembangan KEK Sanur ini dapat bermanfaat bagi ekonomi masyarakat setempat. Proyek ini juga mampu menyerap sekitar 4-8 persen masyarakat yang biasanya memilih berobat ke luar negeri.
“Diharapkan pada 2030, jumlah pasien yang berobat di KEK Sanur mencapai 123.000 hingga 240.000 orang. Kemudian hingga tahun 2045, juga diharapkan penghematan devisa yang mencapai total Rp 86 triliun,” tuturnya.
KEK Kesehatan Sanur merupakan program Kementerian BUMN yaitu PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau Injourney melalui anak perusahaan PT Hotel Indonesia Natour (HIN). Proyek ini bekerja sama dengan Indonesia Healthcare Corporation (IHC).
Sebelumnya pada acara webinar “Making Indonesia a Hub for Global Health Tourism” yang diselenggarakan ISABC dan Komite Bilateral Kadin pada akhir tahun 2021 terungkap, wisata kesehatan memiliki potensi yang besar.
Berdasarkan data Global Wellness Institute, ekonomi global wellness mencapai US$ 4,5 triliun. Sementara pasar wisata kesehatan global menurut data Bridge Market Research 2020 akan mencapai US$ 269 miliar pada 2027.