Penjualan Inaplas Membaik, Asosiasi Minta Pemerintah Pertahankan HGBT

ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/rwa.
Pekerja memasang instalasi pipa gas bumi di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (25/6/2022). PT PGN Subholding Gas Pertamina menfokuskan utilisasi gas bumi untuk pasar domestik dengan memperluas dan mengombinasikan infrastruktur pipa dan beyond pipeline.
17/4/2023, 19.13 WIB

Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Indonesia berhasil pulih pasca pandemi Covid-19. Hal ini ditandai dengan naiknya utilisasi produksi dari 90 persen pada 2020 menjadi 100 persen di awal tahun 2023.

Dari produksi tersebut, penjualan ke pasar domestik mencapai 68 persen. Tren penjualan ekspor juga mengalami kenaikan 40 persen dibanding di awal tahun 2020.

Ketua Umum Asosiasi Inaplas, Suhat Miyarso mengatakan, naiknya penjualan dan kinerja tersebut juga seiring naiknya penyerapan gas bumi dari PGN dan supplier lainnya sebesar rata-rata 123 persen hingga akhir tahun 2022 dari alokasi volume 485 ribu BBTUD.

"Membaiknya kinerja dan penjualan industri anggota Asosiasi Inaplas tidak lepas dari peran kebijakan pemerintah yang menetapkan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) US$6/MMBTU, yang dapat memperkuat industri dalam negeri," terangnya, dalam keterangan tertulis, Senin (17/4).

Kondisi itu juga membuat industri dapat pulih pasca pandemi Covid-19. Adapun, kebijakan tersebut secara tidak langsung memberikan kesempatan bagi industri anggota Asosiasi Inaplas untuk memberi manfaat bagi negara.

Hal ini tergambar dari penerimaan pajak dari asosiasi Inaplas yakni sebesar Rp 1,69 triliun pada 2022. Selain itu, asosiasi Inaplas juga membagikan dividen kepada negara sebesar Rp 1,3 triliun di tahun yang sama.

"Industri melakukan penyerapan tenaga kerja langsung untuk keberlangsungan industri sebesar 18 ribu orang dan tenaga kerja tidak langsung sebesar 5.771 orang," terangnya.

Di sisi lain, ada keberlanjutan investasi di bidang Petrokimia yang saat ini tengah dilakukan oleh industri anggota Asosiasi Inaplas dengan total nilai investasi sebesar US$18 miliar atau sebesar Rp 270 triliun.

"Investasi ini direncanakan dapat meningkatkan kapasitas Industri Petrokimia Nasional dua kali lipat menjadi sebesar 16 ribu KTA," lanjut Suhat.

Dengan capaian tersebut, asosiasi dapat mendorong rencana pengembangan industri prioritas untuk substitusi impor, seperti investasi baru berskala global yakni menghasilkan chlor alkaline, ethylene di chloride, aromatik benzene, toluene dan xylene untuk bahan baku obat farmasi, pelarut dan textile.

"Asosiasi Inaplas berharap agar pemerintah tetap mempertahankan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dikarenakan telah terbukti dalam meningkatkan daya saing Industri Petrokimia ditengah gempuran barang dan bahan baku impor, meskipun saat ini masih belum pulih seutuhnya," tutur dia.

Sebab, masih kata Suhat, dampak geopolitik dari perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap buruknya ekonomi global masih jadi tantangan tersendiri.

Selain itu, adanya kebijakan HGBT ini juga diharapkan mampu mendukung perluasan Industri Petrokimia untuk dapat melakukan subtitusi terhadap barang-barang impor.