KATADATA ? Awal bulan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengkritik pemberitaan media massa yang tidak berimbang. Dua stasiun televisi nasional, yakni MetroTV dan TVOne terbelah sesuai kepentingan pemilik modal.
Hasil monitoring Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menunjukkan selama periode Mei 2014, dua stasiun televisi memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Masing-masing televisi, yakni TVOne dan MetroTV menyiarkan lebih banyak calon tertentu yang didukung oleh pemilik stasiun TV.
Pemilik TVOne, yakni keluarga Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Partai Golkar memang memberikan dukungan secara resmi kepada pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Selain TVOne, keluarga Bakrie juga mengendalikan ANTV. Sedangkan, pemilik MetroTV, Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasdem juga memberikan dukungan resmi kepada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Menurut KPI, sebagai media yang menggunakan saluran informasi yang dimiliki oleh publik, seharusnya media berimbang dalam pemberitaannya. Penyampaian informasi ini juga penting karena peran media sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik.
Selain TVOne dan MetroTV, menurut pantauan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, sejumlah televisi yang dimiliki oleh taipan Hary Tanoesoedibjo juga menayangkan porsi pemberitaan lebih banyak dari sisi durasi dan gambar untuk capres yang didukung. Televisi yang dimiliki Hary Tanoe adalah RCTI, MNC TV, dan Global TV.
Karena itu, AJI Jakarta mengecam penyalahgunaan frekuensi publik oleh pemilik media RCTI, MNC TV, Global TV, ANTV, TV One dan Metro TV. AJI Jakarta mengimbau pemilik dan pimpinan media untuk mematuhi UU Penyiaran dan UU Pers. Ini berkaitan dengan penyampaian informasi yang tepat, akurat dan benar yang berkaitan dengan kepentingan umum, serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran.