Guna mewujudkan ketahanan energi Indonesia, beberapa perusahaan minyak dan gas bumi (migas) nasional terus berupaya meningkatkan produksi. Salah satunya dengan mengoptimalkan kinerja operasi pada aset hulu yang dimiliki.
Pertamina misalnya, melakukan upaya peningkatan produksi melalui optimasi penurunan tekanan di kepala sumur. Selain itu, menjalankan program pengeboran dua kali lipat dari tahun lalu serta melaksanakan akselerasi dan sinergi program EOR (Enhanced Oil Recovery).
Medco Energi akan melakukan pengeboran sumur-sumur sisipan (infill well) dan simulasi hydraulic fracturing. Sedangkan Saka Energi Indonesia akan mengoptimalisasi aset yang telah berproduksi serta mengincar pengeboran 14 sumur. Adapun Energi Mega Persada (EMP) akan mengincar blok-blok migas baru dan menggenjot produksi di blok migas existing.
Dalam dua tahun terakhir, kinerja produksi hulu beberapa perusahaan migas nasional juga menunjukkan tren positif. Volume produksi Medco tumbuh 31 persen dari 66,1 ribu barel minyak per hari (MBOEPD) pada 2016 menjadi 86,8 MBOEPD pada 2017. Produksi migas Pertamina tumbuh 42 persen dari 542 MBOEPD pada 2017 menjadi 768 MBOEPD pada 2018.
Peningkatan produksi juga ditunjukan Saka Energi Indonesia yang tumbuh 35 persen dari 37,9 MBOEPD pada 2016 menjadi 51,5 MBOEPD pada 2017. Sedangkan EMP mengalami penurunan produksi dari 44,3 MBOEPD menjadi 29,3 MBOEPD pada periode yang sama.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan tambahan produksi migas dari lapangan-lapangan migas yang mulai produksi (onstream) pada 2019. Diproyeksikan akan ada 13 proyek onstream dengan estimasi produksi puncak mencapai 240 MBOEPD. Optimalisasi aset hulu ini diperkirakan membutuhkan investasi sebesar US$ 702 juta.