Pandemi Covid-19 menghantam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Peristiwa ini diharapkan menjadi momentum perbaikan ekosistem riset dan inovasi. Sebab, penanganan pandemi yang komprehensif mengharuskan sinergi lintas bidang ilmu pengetahuan dan institusi.
Menurut Direktur Eksekutif Southeast Asia (SEA) Junction Rosalia Sciortino, selama ini solusi penanganan pandemi lebih menggunakan pendekatan ekonomi dan kesehatan. Sedangkan dari kajian dampak sosial masih jarang diperhatikan.
Oleh karenanya, perlu didorong ekosistem riset dan inovasi yang terintegrasi dan berkelanjutan. Caranya dengan menciptakan interaksi antara empat komponen dan mendorong manajemen pengetahuan.
Keempat komponen tersebut ialah producer sebagai penghasil riset dan inovasi, dan intermediaries sebagai aktor yang menjembatani hasil riset agar dapat diterapkan. Selain itu, enablers sebagai aktor penguat sistem dan jejaring, serta users sebagai pengguna hasil riset dan inovasi.
Perbaikan ekosistem riset dan inovasi diharapkan mampu mendongkrak daya saing Indonesia. Pasalnya, dalam Indeks Daya Saing Global 2019 yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF), peringkat Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga. Terutama dalam pilar kapabilitas inovasi yang menyorot kolaborasi lintas pemangku kepentingan serta besarnya pengeluaran riset dan pengembangan terhadap produksi domestik bruto (PDB).