Self-Diagnosis Bukan Bentuk Peduli Kesehatan Mental Diri

Penulis: Sahistya Dhanesworo - Tim Riset dan Publikasi
8/8/2022, 16.00 WIB

Kemajuan teknologi membuka kesempatan bagi siapapun untuk mengakses segala jenis informasi, tak terkecuali mengenai topik-topik kesehatan, baik fisik maupun mental. Sayangnya, hal ini tak jarang justru mendorong individu untuk melakukan diagnosis mandiri (self-diagnosis) terkait kondisi kesehatan mentalnya.

Self-diagnosis membuat individu berasumsi bahwa dirinya memahami betul masalah kesehatan yang dialami bermodalkan sumber-sumber yang ditemukan di internet. Padahal, praktik tersebut amat berisiko karena tanpa peran ahli diagnosis yang dilakukan berpotensi salah yang mana akan berujung pada salah pendekatan serta memicu gangguan mental yang lebih parah.

Masalah kesehatan mental memang bukan perkara sederhana. Mereka yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan layanan kesehatan mental pun kerap enggan untuk memeriksakan dirinya karena khawatir akan stigma yang melekat pada penderita gangguan mental.

Beruntung, pada era digital ini telah menjamur layanan konseling dan kesehatan mental yang dapat diakses secara online. Selain memudahkan mereka yang tinggal jauh dari pusat layanan kesehatan mental, keberadaan psikolog dan psikiater online ini juga menjadi solusi bagi mereka yang masih ragu untuk berkonsultasi secara tatap muka.