Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut aktivitas Sesar Cimandiri menjadi penyebab gempa bumi di Cianjur berkekuatan magnitudo 5,6 pada 21 November 2022. Sesar ini merupakan salah satu dari empat sesar aktif yang mengelilingi Jawa Barat.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa yang menghantam Sukabumi dan Cianjur tersebut berjenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake).
“(Gempa) dipicu aktivitas sesar aktif pada zona sistem Sesar Cimandiri,” kata Daryono di akun Twitter-nya @DaryonoBMKG, Selasa 22 November 2022.
Daryono menjelaskan gempa kerak dangkal dengan frekuensi tinggi ini banyak menimbulkan kerusakan karena guncangan tanah yang disebabkan gempa sangat kuat. Guncangan tanah yang kuat ini lah penyebab banyaknya kerusakan dan kematian akibat gempa.
Selanjutnya, gempa kerak dangkal umumnya diikuti serangkaian gempa susulan yang cukup banyak. Ini karena lapisan tanahnya relatif heterogen dan rapuh. Gempa susulan ini bahkan masih terjadi hingga Senin, 28 November 2022, dengan mayoritas kekuatan magnitudo 2,0-2,5.
Daryono menyebut zona sumber gempa dangkal di Jawa Barat cukup banyak, seperti Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Citarik, Sesar Cipamingkis, Sesar Lembang, dan Sesar Cirata.
Meski begitu, studi dari Pusat Studi Gempa Nasional pada 2017 menunjukkan ada empat sesar aktif besar yang ada di Jawa Barat. Keempat sesar ini adalah Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Lembang, dan Sesar Ciremai.
Keempat sesar ini memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimal 6,5-6,8. Sesar Lembang menjadi sesar yang memiliki pergerakan geser paling jauh yaitu 5 milimeter (mm) per tahun. Sesar Cimandiri yang membentang 100 km mulai dari Pelabuhan Ratu hingga Padalarang merupakan yang terpanjang.