Belakangan ini chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI), ChatGPT, tengah naik daun. Teknologi besutan OpenAI ini diketahui bisa melakukan banyak hal.

ChatGPT bisa memahami konteks percakapan dan memberi jawaban secara luwes sesuai dengan konteks. Tak hanya itu, teknologinya juga mendukung 94 bahasa, termasuk bahasa Inggris, Indonesia, Jawa, Perancis, Rusia, Italia, Portugis, hingga bahasa Arab.

Sejak awal peluncurannya pada November 2022, layanan ChatGPT mampu memecahkan rekor dari segi jumlah pengguna aktif. Reuters menulis, pengguna aktif bulanan ChatGPT diklaim menembus angka 100 juta orang per awal Februari lalu.

Kesuksesan tersebut memicu persaingan raksasa-raksasa teknologi dunia. Pada 6 Februari 2023, Google meluncurkan produk baru chatbot berbasis AI bernama Bard.

Meski sama-sama dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, ada beberapa kelebihan yang dimiliki Bard Google yang membuatnya lebih unggul dari ChatGPT.  Bard mengadopsi teknologi Language Model for Dialogue Applications atau LaMDA yang dikembangkan DeepMind. 

Bard juga dapat menerjemahkan lebih dari 100 bahasa. Chatbot ini memberikan jawaban yang lebih komprehensif dan relevan bagi pengguna yang berasal dari berbagai negara.

Selanjutnya ada teknologi AI terbaru dari Microsoft yang diberi nama Promotheus. Mesin pencarian Bing menjadi salah satu yang akan mengalami pembaharuan AI dalam sistemnya. Bing yang terintegrasi Prometheus memberikan hasil pencarian yang lebih relevan

Dikutip dari The Verge, Satya Nadella selaku CEO Microsoft yakin bahwa inovasi Bing mampu bersaing dengan Google. “Kami berharap, dengan inovasi kami, mereka (Google) akan keluar dan memperlihatkan tariannya,” ujar Nadella.

Tak hanya raksasa teknologi Amerika Serikat saja yang ikut bersaing. Baidu, salah satu perusahaan raksasa asal Cina turut meramaikan persaingan teknologi AI.

Baidu tengah mengembangkan chatbot bernama Ernie Bot atau dalam Bahasa China disebut 'Wenxin Yiyan". Dengan menggunakan teknologi deep learning dan neural network, bisa membantu bot memahami bahasa alami dan memberikan jawaban yang lebih baik.

Selain itu, perusahaan lainnya yang juga mengumumkan akan memiliki chatbot seperti ChatGPT adalah opera. Teknologi ini dinamakan Shorten. 

Terakhir ada perusahaan e-commerce asal Cina, JD.com yang juga akan ikut bersaing di teknologi AI serupa ChatGPT. JD mengatakan akan merilis versi industri dari ChatGPT yang disebut ChatJD. "Ini akan menjadi produk chatbot yang berfokus pada bidang ritel dan keuangan," ungkap manajemen JD, demikian dikutip dari CNBC International.