Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mencatatkan pertumbuhan laba konsolidasi selama tiga tahun terakhir. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, laba konsolidasi ini terjadi berkat kinerja positif yang dilakukan oleh seluruh perusahaan pelat merah. 

Pada 2020, BUMN menghasilkan laba sebesar Rp 13 triliun. Lalu meningkat secara signifikan menjadi Rp 124,7 triliun di 2021. Terakhir di tahun lalu, BUMN diperkirakan mencatat laba konsolidasi sebesar Rp 303,7 triliun, meski masih dalam proses audit.  

Total laba konsolidasi BUMN pada 2022 sudah menghitung laba nontunai Garuda Indonesia yang mencapai Rp 55,7 triliun. Bahkan kinerja BUMN secara konsolidasi telah terindikasi dari peningkatan aset yang semula Rp 8.978 triliun menjadi  Rp 9.867 triliun. 

”Kalau diaudit pasti ada kurang lebihnya sekitar Rp 303,7 triliun, artinya ada peningkatan yang sangat signifikan sebesar Rp 179 triliun,” kata Erick kepada Komisi VI DPR RI dalam Rapat Kerja di Jakarta, Senin (13/2). 

Erick menambahkan bahwa peningkatan laba konsolidasi tak terlepas dari konsistensi dalam melakukan transformasi. Berbagai tantangan yang ada justru memacu BUMN untuk terus tumbuh dan menghasilkan capaian positif.  

”Transformasi akan kami terus lakukan agar BUMN dapat semakin memberikan kontribusi yang maksimal untuk Indonesia dan menjadi pemain global,” kata Erick pada Oktober 2022. 

BUMN memiliki lima jurus mendongkrak perolehan laba konsolidasi.  Pertama, penguatan sumber daya manusia (SDM). Kedua, penguatan kinerja. Ketiga, penguatan tatak kelola dan manajemen risiko. Keempat, penguatan kemitraan strategis BUMN. Terakhir penguatan portofolio dengan perampingan BUMN.