Peta konstelasi politik nasional berubah setelah PDIP resmi mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden pada 21 April 2023. Koalisi partai-partai politik yang awalnya mengerucut pada tiga koalisi besar, mulai mengalami pergeseran untuk menghadapi pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
PPP yang tadinya tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu bersama Golkar dan PAN memutuskan keluar. PPP menyatakan bergabung bersama PDIP untuk mendukung Ganjar.
Sejumlah tokoh politik pun mulai bergerilya melakukan pertemuan. Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto misalnya, melakukan pertemuan dengan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Selain dengan Airlangga, tokoh Partai Demokrat itu juga bertemu dengan Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB. PKB saat ini masih bergabung dengan Gerindra membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengundang ketua umum partai yang tergabung dalam koalisi pendukung pemerintah saat ini. Pertemuan pada 2 Mei 2023 di Istana Merdeka, Jakarta mengundang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Plt Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono.
Namun pertemuan tersebut tidak mengajak Ketua Umum Nasdem Surya Paloh yang masih tergabung dalam koalisi pendukung pemerintah. Pasalnya, Nasdem telah mendeklarasikan dukungan terhadap Anies Baswedan dalam pemilihan presiden 2024.
Meski begitu, Jokowi menolak menyebut pertemuan itu sebagai manuver untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Dia menyerahkan keputusan calon presiden atau wakil presiden sepenuhnya kepada partai atau koalisi partai.
“Bukan cawe-cawe. Wong itu diskusi saja kok cawe-cawe,” kata Jokowi pada Kamis, 4 Mei 2023.
Dinamika partai-partai politik diperkirakan masih akan berlangsung hingga masa pendaftaran capres dan cawapres pada 19 Oktober mendatang.