Kementerian Kesehatan memprediksi jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) bakal melonjak pada akhir 2023 dan awal 2024. Lonjakan kasus ini diprediksi mengancam daerah dengan penduduk padat seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta.
Pemerintah berencana menggunakan metode wolbachia untuk mengatasi penyebaran wabah DBD di lima kota. Kelima kota ini adalah Jakarta Barat (DKI Jakarta), Semarang (Jawa Tengah), Kupang (Nusa Tenggara Timur), dan Bontang (Kalimantan Timur).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan implementasi teknologi nyamuk dengan bakteri wolbachia berhasil menurunkan angka insidensi DBD di Yogyakarta. Wolbachia adalah bakteri alami yang ada di dalam tubuh beberapa serangga seperti lalat buah, kupu-kupu, ngengat. Bakteri ini mampu menghadang virus dengue yang menyebabkan demam berdarah.
”Begitu (implementasi wolbachia) terjadi di Yogya dan kenapa kita senang karena pendekatannya ilmiah, sistematis, dan terstruktur. Bakteri wolbachia ini di nyamuk pun ada, jadi bukan sesuatu yang dibikin-bikin,” kata Menkes Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa, 28 November 2023.
Meski ditemukan juga di nyamuk, wolbachia tidak terdapat di tubuh nyamuk aedes aegypti pembawa demam berdarah. Metode ini bekerja dengan mengawinkan nyamuk yang memiliki wolbachia secara alami dengan aedes aegypti. Ini membuat aedes aegypti dan keturunannya tidak lagi menyebar virus.
Uji acak terkontrol pernah dilakukan di Kota Yogyakarta pada 2021. Hasil uji ini menunjukkan metode wolbachia berhasil menurunkan insidensi DBD sebesar 77,1% dan hospitalisasi akibat DBD sebesar 86,2%.
Temuan serupa tidak hanya di Indonesia. Uji coba di Aburra Valley, Kolombia, menemukan insidensi DBD lebih rendah 95-97% setelah penyebaran wolbachia. Insidensi dengue dan chikungunya di daerah yang disebarkan wolbachia juga memiliki insidensi lebih rendah di Rio de Janeiro, Brasil.