Badan Pusat Statistik mencatat terdapat 9,9 juta atau 22,3% anak muda berusia 15 – 24 tahun yang tidak sedang bekerja, bersekolah, atau mengikuti pelatihan (not in employment, education, or training/NEET). Tingginya jumlah Gen Z yang tidak memiliki aktivitas tersebut bisa mengancam masa depan Indonesia.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, tingginya angka pengangguran Gen Z karena adanya ketidaksesuaian antara pendidikan yang ditempuh dengan permintaan pasar tenaga kerja. Banyak dari Gen Z juga masih dalam tahap mencari pekerjaan.
Ida mencatat penyumbang angka pengangguran terbanyak adalah lulusan SMK yang mencapai 8,9%. “Pengangguran kita ini terbanyak disumbangkan dari lulusan SMK, anak-anak lulusan SMA, ini terjadi karena adanya mismatch,” katanya dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, pada Senin, 20 Mei.
Tingginya tingkat NEET muda di Indonesia lebih besar dari negara-negara sekawasan. Pada 2022, Singapura memiliki tingkat NEET muda sebesar 6,6%, Malaysia sebesar 10,2%, Vietnam 11,3%, dan Filipina 12,8%.
Sebuah studi di negara-negara Afrika bagian timur laut pada 2022 menunjukkan tingginya NEET muda dapat berkontribusi terhadap ketidakstabilan suatu negara. Di negara-negara berkembang, hal ini menjadi alasan berkembangnya gerakan politik dan sosial.
Organisasi Buruh Internasional juga menyebut semakin banyak anak muda tidak terlibat dalam pasar kerja dan pendidikan yang dapat berdampak untuk prospek masa depan mereka. Ini juga dapat membatasi pembangunan ekonomi dan sosial negara-negara mereka.