Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut tingkat kelahiran total atau total fertility rate (TFR) Indonesia terus mengalami penurunan. JIka tidak dikelola, dikhawatirkan tingkat kelahiran akan tumbuh negatif.
Pada 2022, TFR Indonesia sebesar 2,15 per perempuan. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan pada 1970 yang sebesar 5,2. Menurutnya, idealnya setiap perempuan melahirkan dua anak untuk menggantikan orang tuanya. Namun, di sejumlah daerah tingkat kelahiran ada yang lebih rendah.
“DI Yogyakarta rata-rata melahirkannya sudah di bawah dua, tepatnya 1,9, maka hati-hati di daerah-daerah tertentu seperti Jakarta, Bali, DIY bisa mengalami minus growth,” katanya pada Senin, 8 Juli 2024 seperti dikutip dari Antara.
Turunnya TRF bakal berdampak pada transisi demografi yang menyebabkan regenerasi populasi terganggu. Artinya, penduduk usia produktif bakal semakin kecil di masa mendatang. Jumlah tenaga kerja bakal menurun, populasi lansia bakal meningkat, yang mana akan berpengaruh pada biaya kesehatan yang tinggi. Kondisi ini bakal meningkatkan beban masyarakat usia produktif untuk membiayai pensiun populasi usia tua.
“Kalau kita masih mau mengejar supaya jadi negara maju dan pertumbuhan PDB-nya cukup tinggi, usia produktif tinggi, itu perhitungan BKKBN TRF-nya minimal 2,1. Kalau turun di bawah itu tetapi kita belum menjadi negara maju, akan lebih sulit mencapai kesana,” kata Menteri Kesehatan BUdi Gunadi Sadikin pada Senin, 8 Juli 2024 seperti dikutip dari Antara.