Hipotesis adalah satu dari sekian bahasan yang biasanya dimuat dalam suatu penelitian. Ketika menulis suatu karya ilmiah, seorang peneliti terkadang mesti mengetahui hipotesis dari penelitian tersebut.
Secara sederhana, hipotesis diartikan sebagai praduga peneliti terhadap masalah yang akan diteliti. Dalam artikel kali ini akan dibahas lebih dalam tentang apa itu hipotesis dan bagaimana cara merumuskannya.
Definisi Hipotesis dalam Penelitian
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yakni hupo dan thesis. Hupo adalah sementara, sedangkan thesis adalah pernyataan atau teori. Dapat disimpulkan arti hipotesis adalah pernyataan sementara. Inilah praduga peneliti terhadap masalah penelitian.
Hipotesis adalah dugaan, prediksi, atau jawaban sementara dari suatu permasalahan. Hipotesis lebih bersifat operasional dan siap diuji secara empiris (dengan syarat variabel-variabelnya dapat diukur.
Menurut Borg dan Gall (dalam Arikunto, 1998:70), penulisan hipotesis perlu mengikuti persyaratan sebagai berikut:
- Dirumuskan secara singkat tapi jelas.
- Dengan nyata menunjukan adaya hubungan antara dua variabel atau lebih.
- Didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau peneliti yang terkait (tercantum dalam landasan atau tinjauan pustaka).
Fungsi Hipotesis
Adapun fungsi hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:
- Memberikan batasan penelitian.
- Memperkecil jangkauan penelitian, sehingga tidak melebar ke mana-mana.
- Membuat penelitian tetap pada jalur penelitian yakni meneliti fakta dan hubungan variabel.
- Memfokuskan penelitian.
- Memandu penelitian dalam pengujian dan penyesuaian antar fakta.
Macam-macam Hipotesis
Jenis hipotesis tidak hanya satu, tapi ada beragam. Berikut pengertian dan bagaimana suatu hipotesis itu dirancang:
1. Hipotesis Deskriptif
Jenis hipotesis yang pertama ini berisi dugaan-dugaan sementara dari masalah deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal. Sebagai contoh, peneliti ingin meneliti masalah kandungan zat berbahaya dalam makanan.
2. Hipotesis Komparatif
Ragam hipotesis kedua adalah berisi dugaan sementara yang menjadi perbandingan antara dua variabel penelitian.
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif berisi dugaan atau jawaban sementara atas hubungan dua variabel atau lebih. Jadi bila kamu meneliti hubungan (asosiasi) variabel-variabel penelitian, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif.
4. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik memberikan pernyataan matematis tentang populasi yang diteliti. Hipotesis ini dinyatakan dalam simbol-simbol matematika. Jadi pernyataan mengenai hubungan variabel digambarkan dalam simbol matematika.
5. Hipotesis Alternatif
Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan perbedaan satu variabel dengan variabel lainnya. Akan tetapi hipotesis ini juga bisa diartikan adanya hubungan satu variabel dengan variabel lainnya.
Perumusan Hipotesis
Hipotesis memuat pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara (dugaan) terhadap permasalahan yang diteliti. Suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis biasanya dirumuskan dari suatu kerangka teoritik, misalnya, semakin sering seorang anak menonton tayangan kekerasan, maka anak akan semakin mempunyai perilaku agresif.
Hipotesis bukanlah kebenaran. Karena praduga, hipotesis bisa benar dan bisa juga salah. Hipotesis tidak selalu harus dapat dibuktikan. Sebab, perubahan masyarakat atau seting barangkali telah terjadi sehingga suatu hipotesis yang dirumuskan dari suatu kerangka teoritik tidak dapat dibuktikan atau diverifikasi.
Di samping itu, perlu diketahui bahwa tidak semua peneltian diwajibkan untuk memuat hipotesis. Peneltian deskriptif tidak memerlukan hipotesis, tetapi penelitian-penelitian yang berusaha mencari hubungan harus merumuskan suatu hipotesis.
Contoh Perumusan Hipotesis
Berikut contoh penerapan hipotesis dalam suatu penelitian:
Masalah Penelitian
Bagaimanakah pengelompokkan remaja wanita berdasarkan gaya hidup dan persepsi mereka terhadap kecantikan yang ditampilkan dalam iklan media massa?
(Tony Hotland, Sinta Satrianan, Ade Ayu Kurnia, 2002)
Teori
Hierarchy of effect, tahapan mental sebelum konsumen sampai pada keputusan pembelian.
[penjelasan] Iklan di media massa memiliki pengaruh kuat dalam membentuk persepsi, termasuk persepsi tentang kecantikan. Namun iklan bukan satu-satunya yang mempengaruhi persepsi, gaya hidup juga berpengaruh.
Gaya hidup merupakan salah satu fungsi dari motivasi dan pembelajaran awal konsumen [...]. Gaya hidup seseorang juga merupakan pola-pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opini. [...]
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, dan seterusnya.
Hipotesis
Gaya hidup yang berbeda akan membentuk persepsi yang berbeda mengenai kecantikan yang ditampilkan di iklan.