Biografi Moh Hatta, Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia

Historia.id
Ilustrasi, Mohammad Hatta
Editor: Agung
24/4/2024, 15.10 WIB

Mohammad Hatta atau yang kerap dituliskan Moh Hatta, merupakan seorang tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan wakil presiden pertama negara ini, dikenal sebagai salah satu pemikir terkemuka bangsa Indonesia. Ia diberi gelar sebagai Bapak Proklamator bersama Soekarno, dan dihormati sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Selama perjuangan kemerdekaan, Hatta harus menghadapi tantangan hukum Belanda dan bahkan dipenjara. Namun, hal ini tidak mengurangi semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Berkenaan dengan itu, menarik mengenal sosok Moh Hatta lebih jauh. Simak biografi Moh Hatta sebagai berikut.

Kehidupan Pribadi Mohammad Hatta

Moh Hatta (kesbangpol.kulonprogokab.go.id)

Mohammad Hatta, lahir di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902 dengan nama Muhammad Athar, merupakan anak dari Muhammad Djamil, seorang keturunan ulama Naqsyabandiyah di Payakumbuh, Sumatera Barat, dan Siti Saleha, keturunan pedagang di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Moh Hatta dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat dalam menjalankan ajaran agama Islam, terutama karena kakeknya, Abdurrahman, adalah seorang ulama terkemuka. Pada usia 11 tahun, Hatta mulai pendidikan dasarnya di Sekolah Melayu pada tahun 1913 dan menyelesaikan tahap dasar pada tahun 1916. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) di Padang.

Pada usia 13 tahun, Hatta lulus ujian untuk masuk ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Jakarta, namun ibunya memutuskan agar Hatta tetap di Padang karena usianya yang masih muda. Hatta kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang dan lulus pada tahun 1919. Setelah itu, ia melanjutkan ke HBS di Padang dan lulus dengan prestasi yang sangat baik pada tahun 1921.

Kecintaan Hatta pada ilmu pengetahuan membawanya untuk melanjutkan pendidikan ekonominya di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda, yang saat ini dikenal sebagai Erasmus Universiteit. Di Belanda, Hatta tidak hanya fokus pada studi akademisnya, tetapi juga aktif dalam organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan Kemerdekaan dan Diplomasi

Moh Hatta (esi.kemdikbud.go.id)

 

Pada tahun 1922, Moh Hatta tiba di Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Di sana, ia bergabung dengan Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging), sebuah organisasi pelajar Indonesia.

Awalnya, organisasi ini hanya menjadi tempat berkumpul bagi para pelajar. Namun, seiring waktu, Indische Vereeniging berubah menjadi gerakan politik dengan pengaruh tiga tokoh Indische Partij pada tahun 1913.

Hatta mulai mendalami pemikiran politiknya dengan menghadiri ceramah politik dan menjadikan tokoh seperti Abdul Moeis sebagai idolanya. Pada tahun 1927, ia bergabung dengan Liga Menentang Kolonialisme di Belanda, di mana ia bertemu dan menjalin hubungan baik dengan nasionalis India, Jawaharlal Nehru. Aktivitas Hatta di organisasi ini membuatnya ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Belanda.

Pada tanggal 23 September 1927, Hatta dipenjara di Den Haag, Belanda. Ia baru dibebaskan pada tanggal 22 Maret 1928 setelah memberikan pidato pembelaannya yang terkenal dengan judul "Indonesia Free".

Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1932, Hatta bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat melalui berbagai pelatihan. Namun, aktivitasnya di organisasi ini membuatnya ditangkap kembali oleh pemerintah Belanda pada Februari 1934, bersama dengan Sutan Sjahrir.

Hatta kemudian diasingkan ke Boven Digoel, Irian Barat, dan kemudian dipindahkan ke Banda Naira di Maluku selama enam tahun. Selain itu, ia juga dipenjara di Sukabumi pada tahun 1942, tetapi akhirnya dibebaskan pada tanggal 9 Maret 1942.

Setelah Belanda menyerah dan Jepang menguasai Indonesia, Hatta bersama Soekarno, Ki Hadjar Dewantara, dan KH Moh Mansyur menjadi pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Sebelum kemerdekaan Indonesia, Hatta terpilih sebagai Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945.

Hatta memusatkan segala pikiran dan ide-idenya untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Setelah proklamasi, Hatta menjadi wakil presiden pertama Republik Indonesia, dipilih melalui sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.

Dedikasi dan Pengabdian

Moh Hatta (Tokopedia)

Mohammad Hatta bukan hanya dikenal sebagai Wakil Presiden pertama Indonesia, tetapi juga memiliki peran penting dalam kabinet pemerintahan. Pada periode Januari 1948 hingga Desember 1949, Hatta menjabat sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan.

Selain itu, Hatta juga merangkap jabatan Menteri Luar Negeri di Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) dari Desember 1949 hingga Agustus 1950.

Pada 1 Desember 1956, Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden setelah 11 tahun menjabat. Alasan pengunduran dirinya adalah perbedaan pandangan politik dengan Soekarno. Hatta menilai bahwa Soekarno telah menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi.

Meskipun mengundurkan diri, Hatta tetap aktif dalam politik Indonesia. Ia menerbitkan buku "Demokrasi Kita" untuk mengkritik kebijakan politik Soekarno.

Hatta tetap aktif dalam politik Indonesia hingga akhir hayatnya. Ia meninggal dunia pada 14 Maret 1980. Atas jasa-jasanya, Hatta dianugerahi gelar Pahlawan Proklamator bersama dengan Soekarno melalui Keputusan Presiden Nomor 81/TK/1986 pada tanggal 23 Oktober 1986.