Lafal Niat Sholat Isya dan Batas Akhir Pelaksanaannya

Pexels
Ilustrasi, shalat.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Safrezi
11/10/2023, 18.14 WIB

Sholat Isya dilaksanakan setelah waktu maghrib di malam hari. Isya berjumlah empat rakaat dengan empat kali sujud dan takbir.

Adapun yang menjadi perdebatan tentang sholat isya adalah waktu akhirnya. Untuk mengikis keraguan, Anda dapat menyegerakan isya untuk mendapat rahmat Allah SWT.

Pada artikel ini kami akan membahas tentang niat sholat isya untuk sendiri dan berjamaah. Selain itu, terdapat bahasan lebih lanjut tentang waktu pelaksanaan isya yang dilengkapi dengan dalil. Berikut pembahasannya.

Niat Sholat Isya

Berikut kumpulan niat sholat isya:

Niat Sholat Isya Sendiri

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاء ِأَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى

Usholli fardlol i'syaa-i arba'a roka'aataim mustaqbilal qiblati adaa-an lillahi ta'aala

Artinya: "Aku niat melakukan sholat fardu isya 4 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta'ala"

Niat Sholat Isya untuk Makmum Berjamaah

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاء ِأَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى

Usholli fardlol i'syaa-i arba'a roka'aataim mustaqbilal qiblati adaa-an makmuman lillahi ta'aala

Artinya: "Aku niat melakukan sholat fardu isya 4 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, sebagai makmum karena Allah ta'ala"

Niat Sholat Isya untuk Imam Berjamaah

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاء ِأَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Usholli fardlol i'syaa-i arba'a roka'aataim mustaqbilal qiblati adaa-an imaman lillahi ta'aala

Artinya: "Aku niat melakukan sholat fardu isya 4 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, sebagai imam karena Allah ta'ala"

Waktu Akhir Sholat Isya

Waktu sholat isya dimulai sejak adzan berkumandang. Namun yang menjadi perdebatan di kalangan ulama yaitu batas akhirnya.

Ada yang meyakini bahwa batas akhir isya adalah sepertiga malam, tengah malam, bahkan sebelum waktu subuh tiba.

Berikut hadits dengan pembahasan tentang batas waktu isya yang dirangkum dari Almanhaj:

وَوَقْتُ صَلاةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ الأَوْسَطِ

Dan waktu sholat Isya adalah sampai pertengahan malam. [HR. Muslim no. 612]

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤَخِّرُ الْعِشَاءَ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ، وَيَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا، وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan sholat Isya sampai sepertiga malam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum sholat Isya dan ngobrol setelahnya.” [HR. al-Bukhâri no. 547 dan Muslim no. 647]

Patut diketahui bahwa perbedaan pendapat ini mengacu pada jarak isya dan subuh yang relatif jauh. Maka dari itu, sebaiknya Anda mengawalkan sholat isya. Meski begitu, beberapa hadits menyampaikan bahwa isya tidak masalah apabila ditunda karena tertidur.

أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ فِى النَّوْمِ تَفْرِيطٌ إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ الصَّلاَةَ حَتَّى يَجِىءَ وَقْتُ الصَّلاَةِ الأُخْرَى

“Orang yang ketiduran tidaklah dikatakan tafrith (meremehkan). Sesungguhnya yang dinamakan meremehkan adalah orang yang tidak mengerjakan sholat sampai datang waktu sholat berikutnya.” (HR. Muslim no. 681)

Hadits di atas juga diperkuat oleh ujaran Aisyah RA yang diriwayatkan Muslim berikut ini:

أَعْتَمَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ حَتَّى ذَهَبَ عَامَّةُ اللَّيْلِ وَحَتَّى نَامَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى فَقَالَ « إِنَّهُ لَوَقْتُهَا لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى »

“Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan sholat ‘atamah (isya`) sampai berlalu malam dan penghuni masjid pun ketiduran, setelah itu beliau datang dan sholat. Beliau bersabda, ‘Sungguh ini adalah waktu sholat isya’ yang tepat, sekiranya aku tidak memberatkan umatku’.” (HR. Muslim no. 638)

Melansir Rumaysho, disebutkan bahwa pendapat yang lebih kuat mengenai ini termuat pada hadits yang disampaikan oleh Anas RA tentang Rasulullah SAW yang mengakhirkan waktu sholat isya. Berikut bunyinya:

أَخَّرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – صَلاَةَ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ ، ثُمَّ صَلَّى

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan sholat Isya’ hingga pertengahan malam, kemudian beliau sholat.” (HR. Bukhari no. 572). Hadits tersebut dapat dipahami dengan kita katakan bahwa waktu akhir sholat Isya’ adalah pertengahan malam, artinya pertengahan malam sholat Isya’ itu berakhir. Sedangkan kalimat “kemudian beliau sholat” hanya tambahan dari perawi. Jika memang bukan tambahan perawi, maka benarlah pendapat tersebut, yaitu bahwa boleh jadi sholat Isya dilaksanakan setelah pertengahan malam.

Di samping itu, Ibnu Qudamah menyampaikan bahwa batas isya di sepertiga malam sifatnya darurat atau dhoruroh. Sebagaimana yang penjelasan di bawah ini.

وَالْأَوْلَى إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ لَا يُؤَخِّرَهَا عَنْ ثُلُثِ اللَّيْلِ ، وَإِنْ أَخَّرَهَا إلَى نِصْفِ اللَّيْلِ جَازَ ، وَمَا بَعْدَ النِّصْفِ وَقْتُ ضَرُورَةٍ ، الْحُكْمُ فِيهِ حُكْمُ وَقْتِ الضَّرُورَةِ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ

“Yang utama, insya Allah Ta’ala, waktu sholat Isya’ tidak diakhirkan dari sepertiga malam. Jika diakhirkan sampai pertengahan malam, itu boleh. Namun jika diakhirkan lebih dari pertengahan malam, maka itu adalah waktu dhoruroh (waktu darurat). Yang dimaksudkan dengan waktu dhoruroh adalah sebagaimana waktu dhoruroh dalam sholat ‘Ashar.”

Demikian penjelasan tentang niat sholat isya keutamaannya. Patut diketahui bahwa isya dapat dilaksanakan ketika adzan berkumandang hingga sebelum waktu subuh tiba.