Cerpen atau cerita pendek merupakan karya sastra berbentuk prosa. Berbeda dengan novel, cerpen menceritakan satu plot saja. Cerita dalam cerpen berfokus pada karakter utama. Selain itu cerpen kurang dari 10.000 kata.
Ciri-ciri cerpen yaitu ceritanya padat dan langsung pada satu tujuan saja. Alur ceritanya singkat dan penokohan sedikit. Dalam cerita hanya fokus pada 1 tokoh saja. Sedangkan tokoh lain sebagai sampingan.
Ada berbagai ide menulis cerpen. Kamu bisa membuat cerpen romantis pernikahan. Fokus cerita yang dipilih yaitu suami istri atau kekasih yang ingin menikah. Berikut inspirasi cerpen romantis pernikahan pasangan.
Cerpen Romantis Pernikahan
1. Ternyata Kamu Cantik
Aku muhammad Azmi Ar Rumi aku merupakan anak salah satu pendiri pesantren di Jawa tengah. Hari ini adalah hari pernikahanku dengan maemunah syakila Tanjil merupakan gadis dari salah seorang sahabat ayahku. Yaitu habib Usman.
Di menginginkan salah satu putra ayah menikahi anak gadisnya. Dilihat dari namanya saja terlihat kampungan aku ingin menolak perjodohan ini namun aku segan dan tak mungkin menolak permintaan abah.
Aku terlihat murung karena aku meyakini jika namanya saja jelek apalagi wajahnya sehingga tidak ada senyuman yang aku lakukan saat proses ijab kabul tersebut. Dan aku terima nikahnya…. setelah ijab kabul selesai.
Aku diperbolehkan dan bisa membuka penutup wajah dari istriku tersebut. Dan subhanallah dia luar biasa cantik sehingga aku terpesona pada pandangan pertama.
Tanpa sadar aku terbengong-bengong beberapa saat tanpa mengedipkan mata. Dan akhirnya aku sadar senyumku mulai mengembang 180 derajat dari sebelum ijab tadi.
Pada saat malam itu aku benar-benar bersyukur atas perjodohan ini. Malam ini menjadi malam terindah bagi kami.
2. Malam Terindah dan Pagi Termanis
Waktu sudah menunjukan pukul 18.00 tamu sudah mulai sedikit ada beberapa yang mulai undur diri dan menuju proses sepi.
Masih ada suara dari arah belakang terdengar suara ayah dan paman yang bersahutan dan sesekali tertawa dan entah apa yang tengah mereka bicarakan.
Dan sesekali aku melirik wajahmu dalam satu kali lirikan. Dan akupun tahu kamu melakukan hal yang sama yaitu curi-curi pandang. Waktu ini adalah kesempatan yang tepat. Aku tersenyum dan kamu membalasnya.
Anita Rahmawati wanita yang aku nikahi tadi pagi kini telah sah menjadi istriku.
Hari ini merupakan pertemuan pertama setelah aku melihat fotonya dari saudaramu. Ya. Kami dijodohkan. Dan kami tidak menolak itu.
Setelah tamu sudah tidak ada kamu berpamitan untuk berpamitan ke kamar lebih dulu. Aku ditemani ayah dan kakakmu juga paman malah asyik menonton acara tv. “nak, cepat istirahat dulu” kata ayah. “nanti aja yah” jawabku.
Otak dan ucapanku sungguh tidak sinkron. Hati ingin cepat menyusulmu tapi ucapan berkata lain. pukul 23.00. “cepat istirahat sanah, pengantin kok begadang nonton tv” kata si abang. Aku yang malu pun akhirnya pergi ke kamar.
Kamu ternyata menungguku dengan sedikit cemberut. Namun setelah itu… hanya cicak dan tuhan yang tahu apa yang kita lakukan. Saat adzan subuh berkumandang aku berpikir keras bagaimana bisa keluar kamar tanpa mengeluarkan suara.
3. Menunggu Kamu
Berita viral baru saja aku lihat di media sosial, seorang TNI yang pulang setelah tugas negara mendapati anaknya telah meninggal dunia. Dalam video jelas terlihat, TNI tersebut menangis meratapi nasibnya.
Semua itu karena saat dulu anaknya lahir ia tidak ada dan saat anaknya pergi ia juga tidak ada.
Aku takut hal itu akan menimpa keluarga kecilku. Suamiku yang bekerja sebagai abdi negara membuatku menjadi seorang ibu Persit. Ya aku adalah istri tentara.
Hari itu aku menelepon suamiku sambil menangis sesenggukan tentu saja hal itu membuatnya bingung. Namun setelah mengetahui penyebabnya ia berusaha menenangkan aku.
Setelahnya aku dibuat makin was-was. Saat itu suami sedang bekerja di kalimantan dan aku di Jakarta. Anak semata wayang kami Rido jatuh sakit, badannya sangat panas.
Biasanya aku tidak panik namun setelah menyaksikan video tersebut aku dibuat panik. Suamiku yang aku hubungi setelah aku membawa Rido ke rumah sakit berusaha menenangkan aku dan berusaha meyakinkan aku untuk sabar.
Beberapa jam berlalu setelah aku menghubungi suamiku, saat itu Ridho masih di ruang ICU. Tubuhku bergetar, aku amat ketakutan namun semua sirna saat kudapati suamiku berlari mendekatiku.
Ia masih memakai pakaian lapangannya, bahkan wajahnya masih cukup kotor namun aku tetap menyambutnya dengan pelukan. “Bang aku takut Ridho …” aku tidak kuat melanjutkan kalimatku dan hanya menangis sesenggukan di pelukan suami yang sangat aku rindukan.
“Abang disini, kamu tenang Rido seperti aku, dia kuat” ucap suamiku sembari mencium keningku.
Saat itu Ridho terkena gejala DBD dan selamat karena langsung dibawa ke rumah sakit. Tuhan lindungi suamiku di setiap langkahnya. Jaga aku dan anakku saat jauh darinya. Cukup itu saja Tuhan dan aku akan menunggu suamiku pulang dengan setia.