5 Contoh Cerpen Remaja untuk Referensi Penulisan

Unsplash
Ilustrasi, membaca cerpen.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Intan
27/2/2023, 19.15 WIB

Cerita pendek merupakan salah satu karya tulis yang bisa dibuat oleh siapa saja. Materi tentang struktur penulisannya biasa didapatkan di bangku sekolah menengah.

Cerita pendek juga biasa disingkat cerpen. Biasanya tulisan ini mengisahkan tentang apa saja dan dibuat secara ringkas namun tetap mewakili cerita secara keseluruhan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerpen merupakan akronim cerita pendek. Seperti yang dibahas pada paragraf sebelumnya, akronim merupakan kependekan.

Sementara itu, Jacob Sumardjo di dalam bukunya yang berjudul Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen (2001) menjelaskan bahwa cerpen merupakan fiksi pendek yang selesai dibaca dalam sekali duduk. Seperti cerita pada umumnya, cerpen memuat kisah awal konflik hingga masalah terselesaikan.

Untuk mencoba membuat cerita pendek, Anda sebaiknya menyimak beberapa contoh cerpen remaja yang termuat di bawah ini. Berikut daftarnya

Contoh Cerpen Remaja 1

Sumber: Gramedia.com

Persahabatan yang Tak Akan Pernah Luntur

Surat ini kutuliskan untuk sahabatku yang Bernama Jasmine yang sudah berpindah ke luar kota. Dengan ditulisnya surat ini, aku berharap agar persahabatan kita terus terjaga walaupun dipisah jarak yang cukup jauh.

Kisah persahabatanku dengan Jasmine dimulai sejak kami masuk SMP. Pada saat itu, aku dan dia baru berkenalan ketika aku ingin pingsan di jam olahraga. Sebelum pingsan, Jasmine bertanya padaku, “ kamu terlihat lemas, apakah kamu perlu kupanggil guru agar segera dibawa ke UKS?” aku yang berusaha untuk tetap kuat kemudian menjawab, “tidak perlu, aku masih kuat untuk mengikuti jam olahraga.”

Jasmine yang merasa kalau diriku benar-benar sedang tidak sehat, kemudian memanggil guru untuk memberitahukan bahwa Putri sepertinya akan pingsan. Tanpa berlama-lama, guru olahraga segera membawa Putri ke ruangan UKS agar bisa beristirahat. Setelah masuk ke ruang UKS, aku merasa sudah lebih baik dan tahu kalau penyebab ingin pingsan adalah karena belum sarapan di pagi hari.

Sesampainya kembali ke kelas, aku sangat berterima kasih kepada Jasmine karena sudah memberitahukan kepada guru kalau aku bisa saja pingsan. Tanpa Jasmine, mungkin aku akan pingsan. Kami berdua pun pulang bersama naik angkutan umum yang sama karena tanpa diduga rumah kami searah.

Tiga tahun sudah aku dan Jasmine memiliki tali persahabatan dan kami selalu berbagi cerita sedih atau bahagia. Setelah kami berdua lulus dari SMP, Jasmine bersama orangtuanya pindah ke luar kota. Mendengar kabar itu, aku sedih karena akan sulit untuk bertemu langsung dengan Jasmine. Meskipun sudah alat komunikasi canggih, tetapi rasanya akan kurang kalau tidak bisa berbagi cerita secara langsung.

Tak terasa juga, aku sudah hampir selesai menempuh pendidikan SMA, sehingga aku berinisiatif untuk menulis surat kepada Jasmine. Pada bagian akhir surat itu, aku menulis, “apakah kita bisa bertemu kembali di universitas yang sama?”

Contoh Cerpen Remaja 2

Sumber: Sonora.id

Mimpi Sang Dara

Pagi menjelang saat seorang gadis yang biasa dipanggil dengan nama Dara mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas. Dara, ialah gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi.

Dara merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya. Namun sayangnya Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda, sehingga merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut.

Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi seperti Dara.

Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.

Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, namun tidak ada seorangpun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat menenangkan diri.

Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya, yaitu Hana. mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.

Tiba-tiba Hana Berkata, “Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.” lalu, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara.

Semenjak pertemuannya di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara berpikir bagaimana ia bisa seutuhnya menerima dirinya ketika orang di dekatnya tidak mendukungnya sama sekali.

Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan, meskipun seringkali ia menangis ketika teringat kenyataan bahwa ia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan. Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut.

Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di dalam pameran besar. Hal yang dilakukan Dara untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan. Kesibukan tersebut juga dilakukan Dara untuk tidak memikirkan mengenai dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana.

Perlahan mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering memposting lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari ada seseorang datang ke rumah Dara untuk menemui gadis itu guna mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan.

Kedua orang tua Dara terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.

Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dara. Orang tua Dara menghadiri pameran tersebut dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diacuhkannya. Sementara Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki.

Contoh Cerpen Remaja 3

Sumber: Sonora.id

Pengalaman

Andi adalah seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika di salah satu Perguruan Tinggi favorit di Jogjakarta. Setiap hari ia bertemu dengan aku di kampus. Suatu hari, dia bercerita kepadaku tentang masalah hidupnya. Dia berpikir kalau orang lain selalu terlihat senang dan bahagia terlepas dari masalah yang dialami dalam hidupnya. Mereka terlihat seperti orang-orang yang tak memiliki beban di pundaknya. Namun anehnya, Andi merasa tidak terlalu suka saat melihat temannya tersenyum bahagia.

“Haikal, kok aku aneh ya selalu merasa bahwa kehidupan orang lain selalu baik-baik aja bahkan kelihatan seperti tidak punya masalah, beda banget sama kehidupan aku yang rasanya kayak punya banyak beban terus aku juga merasa tidak bisa bahagia.” Kata Andi waktu itu.

Pada waktu itu juga aku mengatakan kepada Andi bahwa setiap orang memiliki permasalahan dan beban hidup yang ditanggung di pundaknya. Tentunya masing-masing beban hidup yang dialami setiap orang pasti berbeda-beda. Jika beban hidupmu selalu dibandingkan dengan orang lain maka percayalah bahwa semua itu akan semakin berat.

Yang selama ini dipikirkan Andi tentang orang lain tidak semuanya benar. Padahal dia sendiri tidak tahu betul bagaimana kondisi orang lain yang menurutnya selalu baik-baik saja bisa jadi kebalikannya, serta perjuangan orang-orang untuk menenangkan dirinya sendiri. Bisa saja mereka telah berhasil melalui masa-masa terberat dalam hidupnya.

Setelah itu, dia hanya terdiam merenungi perkataanku. Dia memikirkan apa yang aku katakan saat itu. Meskipun terkadang menasehati orang lain tidak semudah menasehati diri sendiri. Terkadang aku sendiri masih suka membanding- bandingkan diri dengan orang lain.

Waktu dulu aku juga pernah merasakan seperti di posisi Andi saat ini. Saat itu juga ada yang menasehati aku bahwa Tuhan selalu memberikan beban masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. Oleh karena itu respon dari orang-orang pun juga berbeda-beda, terkadang ada yang merasa dibebani ada juga yang tidak.

“Tuhan tahu seberapa kuat kita untuk bisa menghadapi masalah yang diberikan oleh-Nya, maka dari itu kalau soal porsi jangan ditanyakan ya, karena kita tahu kalau Tuhan itu memang Maha Adil,” ujar seseorang kepadaku.

Mulai saat itu aku mulai introspeksi perihal diriku sendiri. Aku berusaha untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menimpaku dengan hati yang lapang. Karena dengan begitu aku bisa menjadi bahagia. Aku juga tidak perlu membandingkan diriku dengan orang lain. Aku hanya perlu membandingkan diriku dengan aku yang kemarin. Maka dari itu aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik hingga saat ini.

Aku juga percaya jika setiap masalah yang menimpaku nantinya bisa menjadi pelajaran dalam hidupku. Karena selalu ada hikmah yang bisa aku ambil dari setiap suka dan duka ku. Yang membuat aku selalu yakin adalah setiap permasalahan ini datang dan dirancang oleh-Nya.

Contoh Cerpen Remaja 4

Sumber: 99

Perpustakaan Kota

Aku menaiki anak tangga perpustakaan itu. Dengan seragam putih abu-abu yang sudah lusuh karena seharian beraktivitas di sekolah, aku memaksakan untuk menukarkan buku di perpustakaan kota.

Buku ber-cover warna biru putih itu sudah lama belum aku kembalikan. Jika aku menundanya lagi, sudah pasti tunggakanku makin banyak.

Aku tak selesai membacanya karena hanya berisi cerpen remaja yang remeh temeh tentang cinta. Setelah sampai ke meja pustakawan, terlihat pustakawan sudah siap-siap mau pulang.

Segera, aku bilang untuk memberitahu ingin mengembalikan buku. Hanya saja, ibu pustakawan yang sudah beruban itu bilang, “Diurus sama mas yang itu, ya. Lagi magang dia. Reno, sini, No”. Sosok tinggi berusia 20 tahunan itu pun langsung menghampiri meja pustakawan. “Ibu pulang duluan ya, No. Anak bakal rewel nih“.

“Ah iya bu,” lelaki itu hanya tersenyum sopan. Lantas ibu itu pergi keluar dan menyisakan kami berdua.

“Bidhari, ya.. tunggakannya Rp20.000,” ujarnya sambil mengecek di layar komputer. Aku serahkan uang itu kepadanya, lantas ia tersenyum sambil menerima uangku, “Namanya bagus”.

“Terima kasih, Mas,” hanya itu yang bisa kuucapkan karena terlalu salah tingkah dengan pujian yang aku terima. Pasalnya, baru pertama kali ada yang memuji namaku.

Segera aku berbalik arah dan mencoba tidak berbalik. Namun, ia memanggil dan menyusulku. Ia pun menghalangi jalanku dengan postur tubuhnya.

“Kartu perpusnya ketinggalan, Dek,” ujarnya sambil tersenyum. Aku kembali kikuk dan mengucapkan terima kasih.

Sepertinya kikukku terlihat jelas olehnya. Segera kupercepat langkah juga. Namun, saat perjalanan pulang, aku terus memikirkannya.

Inikah yang dirasakan para tokoh-tokoh remaja di buku cerpen remaja saat jatuh cinta? Sekarang, aku menjadi tahu apa yang harus kulakukan, sesering mungkin ke perpustakaan kota.

Contoh Cerpen Remaja 5

Sumber: 99

Menjauhi Pergaulan Bebas

“Pulang sekolah mau langsung ke rumah?” tanya Adin pada Ama setelah jam pelajaran usai. Ama yang sedang memberesi alat tulis dan memasukkannya ke dalam tas menoleh ke arah asal suara.

“Langsung pulang. Besok ulangan,” jawabnya dingin.

“Minggu lalu nggak ikut kumpul bareng kita. Minggu ini mau bolos nongkrong lagi?” Adin menyelidik.

“Aku nggak sempet nongkrong bareng geng, Din. Aku harus bagi waktu buat belajar dan nungguin papa di rumah sakit,” wajah Ama mendadak sedih. Ayahnya baru saja mengalami kecelakaan dan Ama mendapatkan tugas menjaga bergantian dengan ibunya.

“Nggak seru, Ma,” Adin langsung berlalu meninggalkan Ama. Ia merogoh sesuatu dari kantongnya dan mengeluarkan korek. Adin merokok. Meskipun jam sekolah sudah selesai, seharusnya siswa tetap menjaga etika dan tidak melakukan hal-hal negatif. Mungkin saja Adin sudah tidak sabar untuk merokok.

Ama menghela nafas panjang. Jujur saja, sebenarnya ia tidak menemukan hal positif dari pertemanannya. Ia kira bergabung dengan murid terpintar akan membuatnya terbawa semangat belajar. Tapi ternyata tidak. Ia justru banyak diajak untuk jalan-jalan dan makan di luar, sehingga waktu belajarnya terbuang. Dari kejauhan terlihat Adin menyapa teman-temannya dan bergegas pergi. Ia melihat Ama sebentar sebelum akhirnya membuang muka.

“Kok jadi jarang kumpul sama Adin?” tanya Bino memecah lamunan Ama.

“Pada lagi sakit, Bin. Hari ini giliranku jagain sambil belajar buat ulangan besok,” jawab Ama.

“Bagus, deh. Aku dukung kamu. Kemarin Adin dan temen-temen gengnya beli miras. Nggak tau mereka mau apa,” ujar Bino membuat Ama terperanjat.

“Mm..aku duluan, deh,” Ama segera meninggalkan Bino karena terkejut dengan apa yang dikatakannya. Ama tidak menyangka bahwa Adin akan bertindak sejauh itu. Ama pun beranjak dari tempatnya dan berjalan ke rumah sakit. Di sana ada papanya yang sudah menunggu. Sembari menunggu papanya, Ama mengeluarkan buku dan mulai belajar. Tidak sengaja matanya menangkap layar televisi.

“Ada apa, Nak?” tanya papa Ama.

Ama menatap layar tanpa berkedip. Ada Adin sedang digiring polisi karena membawa minuman keras bersama pelajar lainnya. Mata Ama berkaca-kaca. Untunglah ia menolak diajak tadi. Tidak terbayangkan jika ia menuruti Adin, pasti ia juga sedang berada di sana.