Mengetahui Pendiri Kerajaan Mataram Kuno dan Sejarahnya

Kemendikbud
Kerajaan Mataram Kuno.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Intan
1/3/2023, 10.15 WIB

Salah satu kerajaan bercorak Hindu dan Budha di pulau Jawa adalah Mataram Kuno. Keraton ini tidak diketahui pasti dibangun pada tahun berapa. Namun, diprediksi berdiri sekitar abad ke delapan.

Kerajaan Mataram Kuno juga biasa disebut sebagai kerajaan Medang. Selama pemerintahan raja-raja ibu kota beberapa kali dipindahkan. Di antaranya berlokasi di Mataram, Mamratipura, Poh Pitu, Tamwlang, Watugaluh, hingga Wwatan.

Kali ini, Katadata.co.id akan membahas lebih lanjut tentang pendiri kerajaan Mataram Kuno. Untuk lebih jelasnya, simak tulisan di bawah ini.

Pendiri Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Medang atau Mataram Kuno didirikan oleh Sanjaya yang merupakan putra dari Sanna. Hal ini disebutkannya dalam prasasti Canggal.

Sanjaya menuliskan bahwa zaman dahulu, raja Sanna memimpin Pulau Jawa. Sosoknya dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Namun, di peninggalan manapun, tidak disebutkan nama kerajaan yang dipimpin oleh Sanna. Setelahnya, Sanjaya hadir sebagai raja dari kerajaan Mataram.

Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa takhta yang didapatkan Sanjaya bukan diwarisi dari sang Ayah. Melainkan kerajaan Mataram Kuno dibangunnya sendiri.

Hasil identifikasi dari nama kerajaan ‘Mataram Kuno’ berasal dari gelar lengkap Sanjaya, yaitu Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Kata ‘Mataram’ di dalam gelar Sanjaya merujuk pada daerah yang pernah dipimpinnya. Hal tersebut juga diterapkan kepada penerus takhta berikutnya.

Sementara itu, kata ‘Ratu’ merupakan gelar pemimpin yang pada zaman itu tidak merujuk pada jenis kelamin. Dengan demikian, Ratu juga bisa menggambarkan seorang laki-laki.

Kepemimpinan Ratu Sanjaya disebutkan di dalam prasasti Mantyasih. Selain itu, dijelaskan juga bahwa kerajaan Medang atau Mataram kuno terletak di kawasan Poh Pitu. Hingga sekarang, belum diketahui jelas dimana lokasinya.

Ratu Sanjaya memiliki dua orang anak bernama Rakai Panangkaran dan Rahyang Tamperan. Diketahui bahwa dirinya menikahi dua orang wanita yang salah satunya merupakan cucu Prabu Tarusbawa, pemimpin kerajaan Sunda.

Daftar Raja Mataram Pasca Kepemimpinan Ratu Sanjaya

1. Rakai Panangkaran

Rakai Panangkaran merupakan saja kedua kerajaan Mataram Kuno yang merupakan putra dari pernikahan Sanjaya dan Dewi Sudhiwara. Ia memimpin sejak tahun 746 hingga 784.

Rakai Panangkaran memiliki gelar lengkap Sri maharaja Rakai Panangkaran Dyah Pancapana. Sosok Rakai Panangkaran sebagai raja Mataram Kuno banyak disebutkan di dalam berbagai prasasti seperti Raja Sankhara, Kalasan, Mantyasih, dan Wanua Tengah III.

2. Rakai Panaraban

Raja ketiga Mataram Kuno adalah Rakai Panaraban yang bertakhta sejak tahun 784 hingga 803. Disebutkan di dalam prasasti Wanua Tengah III, sosoknya menyandang gelar Sri Maharaja Rakai Panunggalan.

Dari situlah, raja ini lebih dikenal sebagai Rakai panunggalan. Ia menikah dengan seorang perempuan serta memiliki anak bernama Rakai Warak dan Rakai Garung yang akan bertakhta setelahnya.

3. Rakai Warak

Rakai Warak melanjutkan posisi raja Rakai Panunggalan sejak tahun 803 hingga 827. Namanya banyak disebutkan di sejumlah peninggalan. Di antaranya yaitu prasasti Mantyasih, prasasti Wanua Tengah III, dan naskah Wangsakerta.

Disebutkan bahwa Rakai Warak memiliki sejumlah gelar. Mulai dari Sri Maharaja Rakai Warak, Rakai Warak Dyah Manara, hingga Rakai Warak Dyah Watukura Lingganarottama Satyajayabhumi.

4. Dyah Gula

Pemimpin berikutnya adalah Dyah Gula yang merupakan anak dari Rakai Warak. Sosoknya diidentifikasi melalui prasasti Wanua Tengah III.

Dyah Gula memimpin pada tahun 827 sampai 829. Berasal dari wangsa Syailendra, dirinya diperkirakan naik takhta secara tidak wajar. Hal tersebut lantaran tidak adanya identitas daerah lungguh yang biasa termuat di nama maupun gelar. Nama lungguh biasa diikuti dengan kata ‘Rakai.’

5. Rakai Garung

Seperti yang sempat dibahas pada poin-poin sebelumnya, Rakai Garung merupakan anak dari Rakai Panunggalan. Bergelar Sri Maharaja Rakai Garung, dirinya banyak disebutkan di sejumlah prasasti, termasuk di dalamnya yaitu prasasti Pengging, mantyasih, Wanua Tengah III, hingga naskah Wangsakerta.

Rakai Garung menggantikan takhta keponakannya pada tahun 829 hingga 847. Menurut prasasti Pengging, dirinya memiliki gelar Rakaryan I Garung. Disinyalir bahwa sebelum resmi memimpin, sosoknya pernah menjadi pejabat tinggi kerajaan.

6. Rakai Pikatan

Rakai Pikatan atau Rakai Pikatan Dyah Saladu merupakan raka ketujuh yang memimpin pada tahun 847-855. Diketahui bahwa dirinya merupakan anak dari Rakai garung.

Nama Rakai Pikatan banyak disebutkan pada prasasti Wantil, prasasti Mantyasih, prasasti Wanua Tengah III, hingga naskah Wangsakerta.

7. Rakai Kayuwangi

Rakai Kayuwangi merupakan anak bungsu Rakai Pikatan dari pernikahannya dengan permaisuri Pramowardhani. Rakai Kayuwangi diketahui pernah membuat prasasti Kuti yang ditulis sekitar tahun 840.

Selain itu, diketahui juga bahwa dijadikannya Rakai Kayuwangi sebagai raja adalah karena jasanya dalam menghadapi musuh Rakai Pikatan dalam pertempuran.

8. Dyah Tagwas

Raja kesembilan di dalam sejarah kerajaan Mataram Kuno adalah Dyah Tagwas yang bergelar Maharaja Dyah Gwas Sri Jayakirtiwardhana. Hal tersebut disebutkan di dalam prasasti Er Hangat.

Dyah Tagwas memimpin tidak genap setahun. Sama seperti Dyah Gula, dirinya juga tidak memiliki nama lungguh.

9. Rakai Panumwangan

Rakai Panumwangan merupakan raja kesepuluh yang memimpin Mataram Kuno sekitar tahun 885 hingga 887. Nama Rakai Panumwangan disebutkan pada prasasti Wanua Tengah III dan prasasti Poh Dulur.

Sosoknya memiliki gelar Rakai Panumwangan Dyah Dewendra. Sementara itu pada prasasti Poh Dulur, ia disebut sebagai Rakai Limus Dyah Dewindra.

10. Rakai Gurunwangi

Raja terakhir kerajaan Medang atau Mataram Kuno adalah Rakai Gurunwangi atau Dyah Bhadra. Diketahui bahwa dirinya memimpin tidak genap satu tahun.

Setelah turun takhta, kerajaan mengalami kekosongan pemerintah hingga tahun 894.