Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
Dikutip dari laman alodokter.com, Leptospirosis dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira.
Gejala pada Leptospirosis mirip dengan gejala penyakit flu, tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning. Jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa.
Mengenal Leptospirosis
Bakteri Leptospira interrogans yang hidup selama beberapa tahun di ginjal-ginjal beberapa hewan. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
Bakteri itu sewaktu-waktu dapat keluar bersama urine sehingga mengontaminasi air dan tanah. Di air dan tanah, bakteri ini dapat bertahan selama beberapa bulan atau tahun.
Penularan bakteri Leptospira ke manusia dapat terjadi akibat hal-hal berikut:
- Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri
- Kontak langsung antara kulit dengan urine hewan pembawa bakteri
- Kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri
Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terbuka, baik luka kecil seperti lecet, maupun luka besar seperti robek. Bakteri ini juga bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan.
Leptospirosis bisa menular antarmanusia melalui air susu ibu (ASI) atau hubungan seksual, tetapi kasus ini sangat jarang terjadi.
Gejala Leptospirosis
Pada beberapa kasus, gejala leptospirosis tidak muncul sama sekali. Namun, pada kebanyakan penderita, gejala penyakit ini bisa muncul satu hingga dua minggu setelah terpapar bakteri Leptospira.
Gejala Leptospirosis sangat bervariasi pada setiap penderita dan awalnya sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah. Tanda dan gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis antara lain:
- Demam tinggi dan menggigil
- Sakit kepala
- Mual, muntah, dan tidak nafsu makan
- Diare
- Mata merah
- Nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah
- Sakit perut
- Bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat ditekan
- Keluhan di atas biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian kasus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap dua yang disebut dengan penyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
Penyakit Weil dapat berkembang satu sampai tiga hari setelah gejala leptospirosis muncul. Keluhan yang timbul bervariasi, tergantung pada organ yang terinfeksi. Gejala dan tanda pada penyakit Weil antara lain:
- Demam
- Penyakit kuning
- Sulit buang air kecil
- Bengkak di tangan dan kaki
- Perdarahan, seperti mimisan atau batuk berdarah
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Jantung berdebar-debar
- Lemas dan keringat dingin
- Sakit kepala dan leher kaku
Faktor Risiko Leptospirosis
Leptospirosis banyak ditemui di negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Hal ini karena iklim yang panas dan lembap bisa membuat bakteri tersebut bertahan hidup lebih lama.
Leptospirosis juga lebih sering terjadi pada orang dengan kondisi berikut:
- Menghabiskan sebagian besar waktunya di luar ruangan, seperti pekerja tambang, petani, atau nelayan
- Sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak, dokter hewan, atau pemilik hewan peliharaan
- Memiliki pekerjaan yang terkait dengan saluran pembuangan atau selokan
- Tinggal di daerah rawan banjir
- Sering melakukan olahraga atau rekreasi air di alam bebas
Leptospirosis yang tidak diobati dengan baik dapat mengakibatkan penyakit Weil. Komplikasi yang bisa terjadi akibat penyakit Weil antara lain:
- Gagal ginjal akut
- Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia)
- Perdarahan saluran cerna
- Perdarahan paru-paru
- Stroke perdarahan (stroke hemoragik)
- Gagal hati
- Penyakit Kawasaki
- Kerusakan otot (rhabdomyolysis)
- Radang mata yang parah (Uveitis)
- Penggumpalan darah yang tersebar di seluruh tubuh
- Gagal napas atau acute respiratory distress syndrome (ARDS)
- Infeksi menyebar ke aliran darah (sepsis)
- Gagal jantung
- Keguguran pada ibu hamil
Cara Mendiagnosis Leptospirosis
Cara mendiagnosis leptospirosis dilakukan oleh dokter. Umumnya dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien.
Dokter juga akan bertanya mengenai riwayat perjalanan, kondisi tempat tinggal, dan aktivitas yang dilakukan pasien selama 14 hari ke belakang. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan beberapa tes penunjang, untuk memastikan diagnosis dan mengetahui tingkat keparahan leptospirosis. Tes penunjang tersebut antara lain:
- Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, fungsi ginjal, dan kadar sel darah putih sebagai penanda infeksi
- Tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) atau rapid test, untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh
- Polymerase chain reaction (PCR), untuk mendeteksi keberadaan bakteri Leptospira di dalam tubuh
- Tes aglutinasi mikroskopik (MAT), untuk memastikan keberadaan antibodi yang secara spesifik terkait dengan bakteri Leptospira
- Pemindaian dengan CT scan atau USG, untuk melihat kondisi organ yang mungkin terkena dampak peradangan akibat infeksi leptospirosis
- Kultur darah dan urine, untuk memastikan keberadaan bakteri Leptospira di dalam darah dan urine
Pengobatan Leptospirosis
Leptospirosis yang ringan umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Bahkan dapat sembuh dengan sendirinya dalam 7 hari.
Pada kondisi yang berat, pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita leptospirosis yang bergejala berat:
Pemberian obat-obatan
Jika gejala sudah timbul, dokter akan memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala dan mengatasi infeksi bakteri. Beberapa obat yang akan diberikan adalah:
- Obat antibiotik, seperti penisilin, amoxicillin, ampicillin, doxycycline, atau azithromycin
- Obat penurun demam dan nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen
- Perawatan di rumah sakit, perawatan di rumah sakit dilakukan bila infeksi telah berkembang makin parah dan menyerang organ (penyakit Weil). Pada kondisi ini, antibiotik akan diberikan melalui infus.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa penanganan tambahan berikut:
- Infus cairan, untuk mencegah dehidrasi pada pasien yang tidak bisa minum banyak air
- Pemberian vitamin K, untuk mencegah perdarahan
- Pemasangan ventilator jika pasien mengalami gagal napas
- Pemantauan terhadap kerja jantung
- Transfusi darah jika terjadi perdarahan berat
- Cuci darah, untuk membantu fungsi ginjal
- Kemungkinan sembuh dari penyakit Weil tergantung pada organ yang terserang infeksi dan tingkat keparahannya. Pada pasien leptospirosis yang parah, kematian bisa terjadi karena perdarahan atau akibat komplikasi pada paru-paru atau ginjal.
Cara Mencegah Leptospirosis
Ada beberapa cara mencegah leptospirosis dan mengurangi risiko penyebaran infeksi leptospirosis, yaitu:
- Mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata, saat bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri Leptospira
- Tidak berendam atau berenang di air danau, sungai, atau kubangan
- Mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya
- Mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah kontak dengan hewan
- Mencuci buah dan sayuran dengan air bersih sebelum mengolahnya
- Menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan lingkungan rumah bebas dari tikus
- Melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan dan ternak