Dongeng dapat berupa cerita fantasi atau cerita rakyat yang disukai oleh anak-anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi terutama tentang kejadian pada zaman dahulu yang aneh atau tak masuk akal.
Namun bukan hiburan semata, dongeng dapat membantu anak mempelajari nilai-nilai moral dan kehidupan dengan cara yang menyenangkan. Dogeng pendek dapat orang tua bacakan untuk merangsang perkembangan anak sekaligus membangun kedekatan.
Dongeng Pendek Sebelum Tidur
Berikut contoh dongeng pendek sebelum tidur untuk anak yang mendidik.
1. Dongeng Pendek tentang Dua Katak
Di suatu hutan, saat musim kemarau hampir tiba, ada para katak yang sedang membicarakan kemungkinan pindah tempat tinggal (migrasi) dari kolam.
"Sebaiknya kita pindah dari sekarang, supaya perjalanannya tidak terlalu melelahkan," ucap satu katak.
"Aku juga setuju," balas katak yang lain. "Aku malah sudah mempersiapkan diri sejak kemarin." lanjutnya.
Saat para katak sibuk mempersiapkan diri, ada dua katak yang tidak begitu peduli dengan kabar migrasi tersebut.
"Di sini, banyak tempat bersembunyi dari sengatan matahari. Buat apa kita pergi jauh jika nanti harus kembali?" ucap katak pertama.
"Capek kalau kita harus pergi sana-sini," tambah katak kedua.
"Beberapa tahun yang lalu, saat kolam kekeringan, sumur tempat kita bersembunyi tidak kering." tambahnya.
Kemudian, kedua katak segera mengajak beberapa kawannya untuk tidak ikut bermigrasi.
"Tapi, nanti sumur itu akan kering juga. Kalau sumurnya kering, bisa berbahaya. Kita nanti tidak bisa naik, dan akhirnya mati." balas katak yang dibujuk.
Walaupun dibujuk oleh banyak katak, kedua katak itu tetap yakin dan teguh dengan pendiriannya. Akhirnya, semua katak bermigrasi, kecuali kedua katak itu.
Setelah semua pergi, kedua katak masuk ke sumur.
Selama berhari-hari, mereka memang bisa menikmati air dan hidup di dalam sumur. Namun, ketinggian air dalam sumur semakin turun. Lalu, sumur itu pun akhirnya benar-benar kering.
Sontak hal tersebut membuat kedua katak bingung. Mereka tidak bisa naik ke atas sumur, padahal udara di dalam sumur mulai panas. Akhirnya, mereka pun menyesal karena telah menolak ikut migrasi.
2. Dongeng Pendek tentang Anak Gembala dan Serigala
Hidup seorang anak gembala yang bekerja pada saudagar kaya. Dia bertugas untuk merawat domba majikannya dan meminta tolong warga jika ada serigala yang mendekati domba.
Bosan dengan rutinitasnya menggembala domba, anak gembala tiba-tiba berteriak,
“Tolong! Ada serigala di sini!” Sontak, warga desa pun segera menghampiri dan menolong, tetapi mereka kesal karena anak gembala hanya bercanda.
Senang dengan reaksi warga, anak gembala pun terus-menerus menipu warga dengan mengatakan ada serigala datang. Sampai suatu sore hari, datanglah segerombolan serigala yang mendekati domba dan anak gembala.
Karena ketakutan, anak gembala pun berteriak minta-tolong, tetapi tidak ada warga yang menjawab karena mereka sudah tidak percaya. Akhirnya si anak gembala menyesal dan tidak lagi mengulangi perbuatannya.
3. Dongeng Pendek Batu Menangis
Dongeng Batu Menangis menceritakan tentang seorang ibu janda yang hidup miskin dengan putrinya, Darmi. Meskipun sang ibu berusaha keras memenuhi keinginan Darmi, gadis tersebut menjadi pemalas, manja, dan egois.
Darmi selalu menolak untuk membantu ibunya yang bekerja di sawah dan ladang. Lain hari, saat ibu mengajaknya ke desa, Darmi malah berlaku sombong dan menolak mengakui ibunya. Di tengah perjalanan pulang, Darmi terus mempermalukan ibunya hingga sang ibu tersakiti hatinya.
Seiring dengan penghinaan yang terus berlanjut, sang ibu akhirnya berhenti di pinggir jalan dan berdoa sambil menangis, memohon hukuman bagi putrinya yang telah berperilaku kejam.
Mendengar doa ibunya, langit mendung dan hujan deras turun. Darmi panik dan berteriak memohon ampun, namun tubuhnya perlahan mengeras menjadi batu.
Pesan moral dari Legenda Batu Menangis adalah pentingnya menghormati dan mencintai kedua orang tua. Sebab orang tua telah berusaha melakukan yang terbaik dengan mengorbankan segalanya untuk membesarkan anaknya.
4. Dongeng Pendek Gagak Dikejar Sanca
Pada musim kemarau yang panjang, ada seekor ular sanca yang sedang mencari mangsa untuk makanannya. Sejak pagi, ia pun telah turun ke sungai kecil.
Ia mengayunkan badannya untuk menguras air di sungai kecil dengan batu dan tanah liat untuk membendung anak sungai. Alhasil, keringat membasahi sekujur tubuh Sanca.
Ketika air sungai mulai surut, terlihatlah beberapa ikan besar dan kecil. Sanca pun langsung gembira. Di sisi lain, waktu itulah yang membuat Gagak datang.
Kemudian, tanpa basa basi, ia mematuk ikan-ikan besar. Setelah tinggal yang kecil, ia terbang dan hinggap di dahan pohon yang tidak jauh dari sungai kecil itu.
Melihat hal itu, Sanca marah bukan main. la menatap Gagak yang sedang tersenyum.
"Kamu tidak tahu malu, Gagak! Ayo turun kau! Kita berkelahi!" teriak Sanca.
Gagak hanya terdiam. Dibiarkannya Sanca memaki dirinya. Sontak, Sanca semakin marah.
"Dengarlah, Gagak! Aku akan menangkapmu ke mana pun kamu berada!" tegas Sanca.
Sejak saat itu, Sanca selalu mengejar Gagak. Tapi, Gagak menganggap enteng ancaman Sanca.
Berbulan-bulan Sanca mengejar Gagak. la mulai takut dengan ancaman Sanca. la berpikir bagaimana caranya agar Sanca tidak mengejarnya lagi.
Lalu, Gagak melihat drum-drum berisi air celupan kain di depan rumah penduduk.
Tanpa pikir panjang, ia mencelupkan diri di drum isi air celupan hitam itu dengan berkali-kali menyelam hingga seluruh tubuhnya hitam. Gagak juga mengubah suaranya agar Sanca tidak mengenalinya lagi.
Terlebih, ia juga pun memilih tidak akan bersenandung dan bicara lagi.
Tiba-tiba di suatu hari, Sanca menghampirinya. "Hel, apakah kamu melihat Gagak?" Gagak terkejut.
la pun menjawab dengan gugup. "Gak...! Gaaakk...!
Sanca pergi begitu mendengar jawaban Gagak. Rupanya, penyamaran Gagak berhasil karena Sanca sudah tidak mengenalinya lagi.
Sejak itu, Gagak yang asalnya bulunya berwarna putih berubah menjadi warna hitam.
5. Dongeng Pendek Turti Si Kura-kura Pemalu
Turti merupakan anak kura-kura pemalu. Dia akan menyembunyikan kepalanya ke dalam cangkang apabila bertemu dengan siapa pun. Dia sangat suka berenang di danau Hutan Pine, jika danau sedang sunyi.
Pagi itu, Turti tengah melangkah perlahan ke luar rumah setelah berpamitan kepada ibunya. Saat hampir sampai di danau, dia pun mendengar nyanyian seekor binatang yang diiringi dengan petikan gitar yang merdu.
Turti akhirnya penasaran. Dari balik semak-semak dia mengintip. Ternyata itu Kuki, si kucing penyanyi yang sudah terkenal di seantero Hutan Pine. Dia juga sering mengadakan pertunjukan di depan Raja Leon.
Turti sendiri merupakan salah satu penggemarnya. Dia sering bersembunyi di balik batu yang jauh dari keramaian untuk mendengarkan Kuki bernyanyi dan memainkan gitar.
Tanpa sadar, Turti mengikuti nyanyi si Kuki. Namun, tiba-tiba hal itu membuat Kuki menghentikan nyanyinya. Kuki pun menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Siapa di sana?" tanya Kuki yang sedikit takut.
Turti kemudian terkejut mengetahui saat Kuki mendengar suara nyanyiannya. Tak lama, Kuki melihat dan tersenyum geli saat matanya melihat cangkang Turti di sela dedaunan.
Lalu, ia berjalan ke arah Turti yang sedang bersembunyi. Turti ingin berlari. Tapi, percuma karena ia adalah pelari yang lamban.
Maka, ia cepat-cepat menyembunyikan kepalanya ke dalam cangkang.
"Keluarlah dari sana. Aku tahu kau ada di situ," seru Kuki.
Turti gemetaran di dalam cangkangnya.
"Siapa nama kamu? Suaramu itu sangat bagus lho, kau tahu?"
Turti yang mendengar pujian itu, mengucapkan terima kasih sambil bernada pelan-pelan.
"Keluarlah dari cangkangmu. Aku tidak akan menggigitmu. Malah, aku mau kita bernyanyi bersama," kata Kuki.
"Benarkah?" tanya Turti yang masih di dalam cangkang.
"Iya. Kau sangat berbakat." jawab Kuki.
"Kebetulan, Raja Leon memintaku mencari teman untuk bernyanyi bersama. Katanya dia sudah agak bosan melihatku bernyanyi sendirian. Kamu mau? Eh, siapa namamu?" tanya Kuki.
"Turti... aku Turti!" pekik Turti yang masih malu-malu.
"lyaaa. Tapi kamu harus mengeluarkan kepala dari cangkang supaya bisa bernyanyi."
Akhirnya, Turti mengeluarkan kepalanya perlahan dan berkata, "Tapi aku malu. Aku tidak mungkin bisa bernyanyi di depan banyak orang. Apalagi di depan raja."
"Rasa malu tidak akan membuatmu keren. Kau harus berani. Aku akan menemanimu bernyanyi bersama" kata Kuki.
"Benarkah?"
"Ya, ayo kita latihan!"
Pagi itu, hari pertama Turti mengalahkan rasa malunya. Dia dan Kuki pun akhirnya menjadi dua penyanyi terkenal di Hutan Pine.
Seandainya Turti terus malu, dia mungkin tidak akan pernah bisa menemukan bakatnya.
Demikian ragam contoh dongeng sebelum tidur untuk anak yang mendidik.