Magelang, sebuah kabupaten yang identik dengan pesona pegunungan hijau itu, kini menghadapi tantangan di bidang pertanian. Saat ini minat generasi muda untuk berprofesi sebagai petani semakin menurun, sehingga perkembangan pertanian di Magelang terhambat.

Di tengah keprihatinan itu, seorang pemuda Melchior Raka Daksattama atau akrab disapa Raka muncul membawa inovasi pertanian untuk Magelang. Ide ini bermula dari kesadaran Raka akan pentingnya lingkungan dan masyarakat.

Sebelum kuliah, ia tertarik mengelola air dan energi terbarukan. Memasuki bangku kuliah jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Raka mulai intens menggeluti isu lingkungan, seperti bidang persampahan dan agrikultur.

Pada 2022, Raka bersama rekannya mendirikan Waste&Wishes Indonesia, sebuah startup yang bergerak di bidang pengelolaan sampah makanan berbasis keberlanjutan dan green entrepreneurship. Perusahaan ini memanfaatkan limbah organik dari pertanian dan peternakan untuk menghasilkan maggot dan pupuk organik agar para petani bisa mendongkrak produktivitas pertanian mereka. 

Namun, perjuangan Raka tidak berjalan mulus. Keluarganya sempat menentang langkahnya saat awal mendirikan Waste&Wishes Indonesia. Sebagai lulusan kampus ternama di Indonesia, keluarga Raka berharap dirinya dapat bekerja di perusahaan pertambangan yang sesuai dengan jurusan kuliahnya.

“Keluarga cenderung meragukan pilihan saya, pekerjaan dipandang sebagai tukang sampah dan dianggap tidak memiliki masa depan yang cerah. Ibu menjadi satu-satunya anggota keluarga yang mendukung pilihan saya, asalkan profesi yang saya geluti dapat bermanfaat untuk masyarakat banyak,” kata Raka dikutip dari keterangan tertulis, Senin (23/12).

Tantangan lainnya muncul saat Waste&Wishes Indonesia memasuki tahun ketiga. Raka dan tim kesulitan menyeimbangkan operasional perusahaan dengan kebutuhan riset dan pengembangan. Hingga kini, produk mereka masih diproduksi secara mandiri.

Harapan Raka dan tim, suatu hari mereka bisa membangun unit produksi yang memberdayakan masyarakat dan petani setempat. Oleh karena itu, kebutuhan operasional dan kebutuhan riset dan pengembangan sama-sama dibutuhkan.

“Kami sangat ingin mengembangkan perusahaan dan masuk ke bidang-bidang yang lebih dekat dengan konsumen seperti membangun mitra tani/ternak, bekerja sama langsung dengan masyarakat,” tuturnya.

Perjuangan itu mulai menemukan titik terang melalui program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) yang diinisiasi GoTo Impact Foundation. Program ini mempertemukan Raka dengan dua organisasi lain yang memiliki visi serupa dalam konsorsium Magelang Setories. Yakni Bhumee Artani di bidang pertanian organik, dan Setara di bidang bidang pendidikan.

Adanya Magelang Setories, Raka menjelaskan bahwa dirinya kini dapat menjangkau masyarakat dan sektor yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk digeluti. Keberadaan dua organisasi tersebut membuat program ini bisa berlangsung lebih efektif.

“Bersama Bhumee Artani kami bisa menjangkau aspek pertanian secara lebih baik sehingga sampah bisa terealisasi menjadi pupuk organik. Keberadaan Setara Indonesia membuat kami bisa lebih mudah melakukan negosiasi dan edukasi pada masyarakat,” ucap dia.

Setelah mengikuti proses penyusunan ide dan pendampingan dengan ahli dari berbagai sektor di Catalyst Changemakers Lab (CCLab), konsorsium Raka berhasil memperoleh bantuan pendanaan implementasi proyek selama setahun. Pendanaan itu memberikannya kesempatan untuk mempercepat pengembangan program tanpa mengorbankan operasional perusahaan.

Mendekati peluncuran resmi proyek Magelang Setories di Sawangan, Magelang, pada awal 2025, Raka dan rekan-rekan satu timnya berkomitmen untuk membangun program pertanian regeneratif yang berorientasi pada keberlanjutan ekosistem lokal. Namun tidak juga meninggalkan orientasi pendapatan atau hasil. 

Magelang Setories, kata Raka, adalah kesempatan untuk membantu masyarakat dan mengembangkan pertanian regeneratif di Magelang. Mengingat, kata Raka, tidak banyak generasi muda yang mau kembali ke Magelang setelah belajar untuk mendorong pemberdayaan masyarakat setempat.

“Mengingat banyak anggota kami yang berasal dari Magelang, proyek ini menjadi momentum bagi kami putra daerah untuk memajukan Kabupaten Magelang dengan sumber daya dan ilmu pengetahuan yang kami miliki,” tutur Raka tentang semangat di balik Magelang Setories.

Bukan hanya itu, Raka dan rekan-rekan dalam konsorsium berharap Magelang Setories dapat berjalan dengan lancar dan menginspirasi generasi muda lainnya untuk turut mereplikasi proyek ini di berbagai daerah lain. Dia juga berharap proyek ini dapat membuka peluang bagi anak muda untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat dan lingkungan di tempat asal mereka.

Raka berharap, ada semakin banyak generasi muda yang mau membawa ilmunya kembali ke tempat kelahiran.

"Kalau semua anak muda lari ke kota dan memilih bekerja di tempat lain, siapa lagi yang akan menyelesaikan masalah lingkungan dan sosial di daerah kalian,” kata Raka.