Masjid Al Aqsa memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat Islam. Masjid bersejarah ini sama pentingnya dengan Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Bukan hanya sebagai situs suci umat Islam, Masjidil Aqsa juga menjadi situs sejarah bagi tiga negara yang ada di dunia. Masjid Al Aqsa masih terus digunakan hingga saat ini, meski kerap diperebutkan oleh Israel dan Palestina.
Sejarah Masjid Al Aqsa
Mengutip buku berjudul Sejarah Islam Periode Klasik (2017) oleh Ahmad Choirul Rofiq, Masjid Al-Aqsa tercatat dalam Al-Quran sebagai masjid tempat Nabi Muhammad SAW naik ke langit, menerima perintah salat. Hal itu lantas dikenal dalam sejarah Islam sebagai peristiwa Isra Mi’raj.
Ada beberapa pendapat mengenai sejarah Masjid Al Aqsa. Ulama Ibnu Katsir, Ath-Thabari, dan Al Qurthubi mengatakan jika Masjidil Aqsa pertama kali dibangun oleh malaikat atas perintah Allah. Mereka jugal yang menentukan dan menggariskan tempatnya.
Namun ada juga pendapat lain, jika orang yang pertama kali membangun Masjidil Aqsa adalah Nabi Adam AS, tetapi tidak diketahui bagaimana bentuknya. Kemudian, pembangunan dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim AS dengan merenovasi dan meninggikan bangunannya. Hal ini seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim kepada Ka’bah.
Setelah itu, Masjidil Aqsa dibangun oleh Nabi Sulaiman dengan bangunan yang kuat, besar, dan juga indah. Dia adalah nabi yang mulia yang membangun masjid-masjid untuk Allah.
Bangunan Masjidil Aqsa yang dibangun oleh Nabi Sulaiman ini hanya bertahan sekitar 370 tahun, sebelum bangsa Babilonia datang dan merobohkan masjid ini. Setelah bangsa Babilonia, komplek Al Aqsa kemudian dikunjungi bangsa Persia, Yunani, hingga Romawi. Mereka berbondong-bondong membangun rumah ibadah mereka sendiri di daerah itu.
Setelah Masjidil Aqsa mengalami beberapa kali keruntuhan, Umar bin Khattab kemudian membangun kembali masjid tersebut dengan menggunakan batu dan kayu. Dia bahkan membersihkan sendiri sampah-sampah yang kala itu memenuhi kompleks Al Aqsa.
Akan tetapi, Masjdil Aqsa kembali rusak akibat adanya Perang Salib pada 1099 M. Setelah berhasil mengalahkan pasukan Salib, Shalahudin Al Ayubi kemudian membersihkan dan memperbaiki kembali masjid tersebut. Renovasi Masjidil Aqsa pun dilakukan pada masa pemerintahan Daulah Mamluk serta Daulah Utsmaniyah dengan memangun menara azan, hingga pagar untuk menutupi seluruh wilayah Masjidil Aqsa.
Pendapat lainnya menyebutkan Masjid Al Aqsa yang asli telah rata dengan tanah akibat gempa bumi yang mengguncang Jazirah Arab pada pertengahan abad ke-6. Pembangunan kembali Masjidil Aqsa dilakukan oleh Khalifah Al-Walid (705-715) dari dinasti Umayyah, lalu direstorasi dinasti Abbasiyah.
Dinasti Abbasiyah juga mengubah arsitektur Masjid Aqsa. Misalnya beberapa bagian pahatan kayu berbentuk bunga yang dulu digunakan sebagai dekorasi masjid dihilangkan. Arsitektur Masjid Al Aqsa selanjutnya bercirikan gaya bangunan atau arsitektur abad pertengahan. Peristiwa Isra Mi’raj pun sangat mempengaruhi arsitektur masjid.
Sejarah Masjid Al Aqsa Kiblat Pertama Umat Muslim
Pada beberapa tahun pertama diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad pernah melakukan perjalanan Isra Mi'raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dalam satu malam. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad juga melakukan perjalanan ke langit guna menerima wahyu dari allah perihal perintah salat lima waktu.
Pada awalnya, Masjidil Aqsa ini menjadi arah kiblat pertama bagi umat Islam. Umat muslim terdahulu melaksanakan salat dengan menghadap ke Masjidil Aqsa yang terletak di Yerusalem.
Namun, Nabi Muhammad kemudian mendapat petunjuk dari Allah untuk memindahkan arah kiblat dari Masjidil Aqsa ke arah Ka’bah yang berada di Masjidil Haram, Makkah.
Tempat Suci Bagi Tiga Agama Sekaligus
Masjid Al-Aqsa sangat indah dan dua kali lebih luas dari ukuran semula. Bukan hanya untuk umat Islam, daerah sekitar Masjid Aqsa juga sangat penting bagi umat Yahudi dan Kristen.
Daerah ini beberapa kali mengalami pasang surut peradaban dan sedikitnya tiga agama yakni Yahudi, Kristen dan Islam pernah menguasai kota itu. Sejarah peradaban Palestina memang penuh dengan peperangan. Kota itu sempat direbut Umar dari kekuasaan Kristen.