Perjalanan ekspedisi menyusuri bentang gunung dan hutan membutuhkan persiapan yang matang. Mulai perlengkapan dan perbekalan, perencanaan perjalanan, navigasi darat, pertolongan medis pada keadaan gawat darurat, hingga urusan bertahan hidup jika terjadi hal-hal tak terencana di alam terbuka.
Sejak pandemi COVID-19 berakhir, terjadi peningkatan aktivitas masyarakat untuk berkegiatan di alam bebas. Salah satu kegiatan luar ruang itu yakni EIGER Mountain & Jungle Course (MJC) 2023. Kelas dasar penjelajahan gunung dan hutan ini digelar selama delapan hari sejak Minggu (24/9) di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
General Manager Marketing EIGER Jason Edward Wuysang menyampaikan, EIGER MJC 2023 mempertemukan puluhan pegiat alam bebas dari seluruh Indonesia.
“EIGER mengajak siapa pun untuk keluar dari zona nyamannya. Mempelajari pengetahuan dan keterampilan sikap hidup di alam terbuka, mengasah kemampuan tanpa mengabaikan alam, mengenal, dan menjaga keindahan alam Indonesia,” katanya dalam siaran pers, dikutip Senin (25/9).
Dari 879 pendaftar, 80 peserta terpilih mengikuti MJC yang ke-16 ini. Mereka berasal dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Tak hanya itu, EIGER juga mengundang jurnalis dan social media influencer untuk mengasah keterampilan penjelajahan di alam bebas.
Penanggung Jawab EIGER MJC 2023 Galih Donikara mengatakan, para peserta mendapatkan berbagai materi dan pelatihan tentang cara merancang ekspedisi di alam terbuka.
“Materinya berupa manajemen perlengkapan dan perbekalan, zero waste adventure, dokumentasi ekspedisi, membangun jaringan komunikasi, navigasi darat, penanganan medis kala darurat, sampai urusan survival,” ujarnya.
Setelah materi disampaikan di dalam kelas selama empat hari, pada hari ke-5 hingga ke-7 peserta akan melakukan ekspedisi menuju puncak Gunung Merbabu. Mereka terbagi dalam empat tim yang masing-masing akan mendaki lewat jalur Wekas, jalur Thekelan, jalur Suwanting, dan jalur Selo.
Pertemuan empat tim di puncak Merbabu akan ditutup dengan pengibaran bendera merah putih di puncak Syarif Gunung Merbabu. Setalah itu, tim akan kembali ke basecamp. Pada hari terakhir acara, tepatnya Minggu (1/10), peserta akan membuat laporan ekspedisi, melakukan evaluasi dan upacara penutupan, lalu kembali ke kota masing-masing.
Seluruh proses pendakian akan dilakukan dengan menerapkan pengetahuan ekspedisi yang telah dipelajari sebelumnya di dalam kelas. Kombinasi antara materi ekspedisi, simulasi, dan ekspedisi menuju puncak Merbabu akan menjadi pengalaman berharga bagi peserta.
“Ilmu dan pengalamannya pun dapat disebarkan ke kawan-kawan petualang lain. Semoga setiap ekspedisi yang dijalankan tetap aman dan nyaman tanpa mengabaikan alam, apalagi merusak alam,” imbuh Galih.