Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menaikkan peringkat utang jangka panjang Indonesia menjadi BBB dengan outlook stabil. Peringkat BBB merupakan level peringkat tertinggi yang pernah dicapai Indonesia sejak krisis moneter 1998. Kenaikan peringkat ini juga menandakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) berhasil membuat kebijakan fiskal dan moneter yang mampu meredam guncangan ekonomi global, terutama rencana normalisasi kebijakan the Fed.
Fitch Ratings menilai sejumlah indikator ekonomi Indonesia saat ini berada di posisi positif. Kebijakan nilai tukar rupiah yang lebih fleksibel sejak pertengahan 2013 dianggap telah membantu mempertebal cadangan devisa (cadev) Indonesia hingga mencapai US$ 130,2 miliar per Desember 2017.
BI dinilai cukup disiplin mengatasi permasalahan defisit neraca transaksi berjalan yang terancam oleh aliran modal keluar (capital outflow) seiring rencana bank sentral AS menaikkan suku bunga. Fitch juga mengapresiasi reformasi struktural yang dilakukan pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi dengan memangkas sejumlah prosedur dan izin bisnis.
Selain itu, Indonesia dianggap mampu menjaga rasio utang pemerintah tetap rendah di kisaran 28,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2017. Rasio tersebut di bawah nilai tengah rasio utang negara-negara berperingkat BBB yang di level 41,1 persen.
Meski begitu, Fitch mengingatkan pemerintah untuk memperbaiki sejumlah kelemahan struktural. Fitch menyoroti rendahnya asupan penerimaan pemerintah. Hal ini membuat kemampuan pemerintah menjadi terbatas dalam mendanai pembangunan infrastruktur sehingga meningkatkan ketergantungan pada BUMN.
Kemudian PDB per kapita rata-rata Indonesia terbilang rendah yakni US$ 3.780, dibandingkan median negara dengan rating BBB yang sebesar US$ 11.173. Terakhir, Fitch juga meminta pemerintah memperbaiki tata kelola pemerintahan.