Saat para tenaga kesehatan berjibaku menyelamatkan pasien Covid-19, tim ilmuwan pun bekerja keras menghasilkan vaksin untuk melawan pendemi yang telah melanda dunia dua tahun belakangan ini. Berbagai laboratorium bekerja sama dengan peneliti, pakar, juga akademisi untuk menemukan vaksin virus corona.
AstraZeneca, misalnya, berkolaborasi dengan Universitas Oxford Inggris sejak Februari 2020. Mereka mengembangkan vaksin AZD1222 atau vaksin AstraZeneca yang sudah tersebar di 178 negara, termasuk Indonesia.
Berdasarkan uji klinis di Inggris, Brazil, dan Afrika Selatan, efikasi vaksin ini mencapai 62,1 %. Mengikuti standar badan kesehatan dunia WHO, angka tersebut sudah memenuhi efikasi minimal 50 %.
Rupanya, di balik tim peneliti vaksin AstraZeneca, ada dua sosok warga negara Indonesia yang terlibat. Mereka yakni Dr. Carina Citra Dewi Joe dan Indra Rudiansyah.
Saat ini Carina merupakan postdoctoral research scientist pengembangan vaksin di Jenner Institute, Oxford University. Dalam hal vaksin virus corona, Carina sebagai peneliti utama pada pengembangan proses manufaktur skala besar vaksin AstraZeneca. Di perguruan tinggi yang sama, Indra merupakan kandidat PhD pada Program Clinical Medicine.
Keduanya bekerja pada proyek penelitian vaksin Covid-19 yang dipimpin Profesor Vaksinologi Oxford University Sarah Gilbert. Bersama Gilbert, Carina dan empat peneliti lainnya ikut mengantongi hak paten vaksin AstraZeneca.
Sekitar satu jam, Carina dan Indra menceritakan keterlibatan mereka dalam proyek pengembangan vaksin tersebut dalam sebuah wawancara khusus dengan Katadata.co.id. Banyak informasi yang mereka sampaikan, termasuk meluruskan kabar bahwa Gilbert melepaskan hak patennya.
“Selama pandemi, kami tidak akan ambil profit karena untuk kemanusiaan. Itu keputusan University of Oxford,” kata Carina kepada Muchamad Nafi dan tim Katadata. Berikut ini video wawancara lengakp bersama Carina dan Indra yang dilakukan secara daring, Jumat kemarin.
Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.