China Ciptakan Koleksi Artefak Digital untuk Tahun Baru Imlek 2022

Reuters
Koleksi Artefak Digital
31/1/2022, 13.05 WIB

ZIGI – Menjelang Tahun Baru Imlek 2022, China menghadirkan teknologi baru untuk merayakan tahun baru yang jatuh pada 1 Februari 2022, dengan menyuguhkan koleksi artefak secara digital dari museum.

Ini menjadi langkah berkelanjutan dari kemajuan teknologi seperti e-wallet hingga NFT yang marak digunakan pada 2021-2022. Yuk simak artikelnya di bawah ini!

Baca Juga: 8 Museum Paling Menakutkan di Dunia, Berani Datang?

China Hadirkan Teknologi Baru untuk Artefak Museum

Dilansir dari Reuters pada Senin, 31 Januari 2022, Alipay, platform pembayaran di China telah bekerja sama sebanyak 24 museum di provinsi China.

Negara Tirai Bambu ini akan menghadirkan koleksi artefak museum secara digital sebagai tanda perayaan tahun baru China yang merupakan tahun macan air.

Hal ini juga menandakan kembalinya masyarakat mengenal dan melihat koleksi-koleksi museum. Sebab, museum selama pandemi Covid-19 cenderung sepi pengunjung dan membuat kehilangan pengetahuan artefak yang ada.

“Menurut laporan penelitian baru-baru ini, Universitas Pusat Keuangan dan Ekonomi telah mencatat sebanyak 44 persen peninggalan budaya di Tiongkok telah didigitalkan,” ujar dari South China Moning Post seperti dilansir dari Reuters pada Senin, 31 Januari 2022.

Teknologi tersebut menjadi contoh lain dari tren Non-Fungible Token (NFT) yang akhir-akhir ini populer di kalangan masyarakat.

 

Pro Kontra Digitalisasi Koleksi Artefak Museum di China

Koleksi artefak museum China ternyata juga memicu pro kontra di kalangan seniman maupun sejarawan. Sebab, di beberapa negara dapat mengklaim hak secara abadi atas karya cipta tersebut.

Oleh karena itu, lembaga-lembaga itu berfungsi sebagai penjaga warisan suatu budaya dan kepemilikan IP. Sebab kepemilikan IP ini lah, memungkinkan lembaga maupun oknum memiliki wewenang. 

Salah satu hal yang tidak diinginkan adalah wewenang untuk menghapus suatu karya yang terbilang buruk di pasaran. Sehingga, banyak orang tidak menyukai kehadiran teknologi seperti produk digital yang disertai IP.

Dr. Grichka Petri selaku seorang pengacara sekaligus sejarawan di Universitas Glasgow, Skotlandia mengatakan perihal masalah kepemilikan karya cipta museum.

“Itu (koleksi artefak digital) bermasalah, pihak museum dapat bertindak sebagai wali dari seniman yang sudah lama meninggal yang karyanya tidak lagi memiliki hak cipta,” ujar Dr. Petri.

Berdasarkan laporan Reuters, di Inggris Raya dan Eropa, hak cipta karya seni hanya bertahan selama 70 tahun. Setelah penciptanya meninggal, karya tersebut akan masuk ke ranah publik.

Terlepas dari pro dan kontra tentang koleksi artefak digital, China telah menyiapkan teknologi tersebut guna merayakan Tahun Baru Imlek 2022 yang merupakan tahun macam air. Sementara itu, teknologi lain yang beberapa tahun terakhir kala perayaan imlek adalah pembagian hongbao dengan e-wallet.

Baca Juga: Foto Penemuan Fosil Dinosaurus Hampir Utuh di China