Perusahaan Farmasi Perlu Kembangkan Vaksin Tangkal Mutasi Covid-19

Image title
13 Maret 2021, 14:43
Varian Baru Covid-19, Ancaman bagi Herd Immunity
ANTARA FOTO/REUTERS/Denis Balibouse/AWW/dj
Seniman David "S.I.D." Perez melukis grafiti, menggambarkan dua vaksin (Modernos 19 dan Pizter Klorokinos) untuk mencegah infeksi virus di belakang gim video populer Street Fighter, ditengah mewabahnya infeksi virus corona (COVID-19) di Gland, Swiss, Kamis (3/12/2020).

Sebagian negara di dunia telah memulai program vaksinasi Covid-19 untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok. Namun para ahli meragukan tercapainya kekebalan kelompok meski 70% penduduk dunia sudah divaksinasi.

Munculnya varian baru Covid-19 ditengarai sebagai ancaman utama bagi kekebalan kelompok. Sehingga cara yang terbaik mendorong perusahaan farmasi mengembangkan vaksin virus corona untuk menangkal varian baru.

"Perusahaan farmasi harus memrogram ulang vaksin yang mereka buat agar bisa melawan varian baru," kata Profesor ekonomi MIT Daron Acemoglu seperti dilansir dari laman Channelnewsasia, Sabtu (13/3). Acemoglu mengatakan perusahaan farmasi besar seperti Moderna dan Pfizer—BioNTech mempunyai teknologi untuk melakukan itu.

Acemoglu mengatakan, munculnya varian baru Covid-19 menjadi ancaman utama bagi herd immunity, selama virus Covid-19 masih terus bersirkulasi di negara lain. "Vaksin yang tengah disuntik ke masyarakat belum tentu efektif melawan varian baru itu,” kata Acemoglu.

Sejak Desember lalu, muncul sejumlah varian baru virus Covid-19 di beberapa negara dengan tingkat penularan yang lebih masif. Varian pertama adalah B.1.1.7 yang pertama kali ditemukan di Inggris dan mulai menyebar dengan cepat di Amerika Serikat dan Eropa.

Varian kedua adalah B.1.351 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan lebih berbahaya dibandingkan varian Inggris. Terakhir, varian P.1 yang ditemukan di Brasil dan paling berbahaya dibandingkan dua varian sebelumnya.

Dia mengatakan misalnya suatu negara mencapai herd immunity, tapi dengan ditemukannya suatu varian baru, pilihan bagi negarat tersebut adalah menutup diri mereka dari dunia luar. "Sesuatu yang sangat tidak mungkin dilakukan. Karena mereka yang pergi ke luar negeri bisa jadi akan kembali dengan membawa varian baru virus  kebal terhadap vaksin,” ujar Acemoglu.

Dia mengatakan, varian baru yang sangat mengkhawatirkan adalah P.1 yang tingkat infeksinya mencapai 80 persen. Angka itu di atas ambang batas yang diperkirakan ilmuwan yaitu 70 persen untuk mencapai herd immunity.

“Karena semakin banyak infeksi memungkinkan terjadinya lebih banyak mutasi maka ambang batas herd immunity 70% tidak cukup. Hadirnya P.1 menjadi bukti bahwa kekebalan terhadap virus awal tidak bisa diterapkan kepada varian baru,” ujarnya.

Namun, fleksibilitas untuk memrogram ulang vaksin tidak akan berguna apabila varian baru itu sudah masuk ke suatu negara dan memaksa pemerintah setempat kembali menerapkan karantina wilayah. Apabila ini terjadi maka seluruh populasi harus divaksinasi ulang.

“Memberikan vaksin kepada seluruh populasi dunia saat ini tidak mungkin karena keterbatasan vaksin yang dibuat oleh perusahaan farmasi,” kata dia.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...