BI Garap UMKM Daerah, Ulos dan Kopi Sumut Makin Mendunia

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Luky Maulana
13 November 2025, 08:52
Kampung Ulos Huta Raja, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Dok/Katadata/Luky Maulana.
Katadata
Kampung Ulos Huta Raja, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Dok/Katadata/Luky Maulana.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Dalam mitologi Batak Toba, bumi tercipta ketika dewi Si Boru Deak Parujar turun dari kahyangan menggunakan sehelai benang pintal tangan. Kini, benang yang sama ditenun menjadi ulos, kain tradisional yang hadir di setiap fase kehidupan masyarakat Batak, dari kelahiran hingga kematian.

Bagi komunitas Batak, ulos menyimpan makna filosofis yang kuat, dan menjadi medium sakral yang tak bisa diukur semata dari harga.

Di tepi Danau Toba, tepatnya di Desa Lumban Suhi Suhi Toruan, Kabupaten Samosir, terhampar Kampung Ulos Huta Raja, sebuah sentra penenun ulos yang telah berdenyut sejak era kolonial.

Di sana, dentuman alat tenun kayu telah menjadi irama harian, tak terkecuali bagi Monica Situmorang. Di usianya yang menginjak 22, ia mewakili generasi muda yang memilih melanjutkan tradisi.

Monica telah belajar menenun sejak usia 12. Baginya, ulos bukan hanya warisan, melainkan jalan menuju kemandirian.

“Pendidikan saya, dari SMP sampai sekarang kuliah di UT (Universitas Terbuka), dibiayai seluruhnya dari ulos,” katanya kepada Katadata, Rabu (5/11). Menenun, tegasnya, adalah profesi yang menjanjikan.

Sumatera Utara memang menyimpan kekayaan yang legendaris. Selain ulos, tanah vulkaniknya yang subur melahirkan kopi-kopi terbaik Indonesia: Lintong, Mandailing, Sidikalang. Arabika yang tumbuh di ketinggian lebih dari 1.400 meter ini telah lama dikenal di pasar internasional karena cita rasanya yang kompleks dan khas.

Di lereng hijau Kabupaten Humbang Hasundutan, Manat Samosir berdiri di tengah kebun kopi yang menjadi kebanggaan sekaligus keprihatinannya. Tangannya menyentuh batang pohon kopi yang kulitnya sudah retak-retak.

"Lihat ini, umurnya sudah 40 tahun, tapi dipaksa terus berproduksi. Ibarat lansia disuruh melahirkan," kata Ketua Koperasi Lintong ini, Rabu (5/11).

Dua cerita berbeda itu memiliki satu benang merah: pemberdayaan Bank Indonesia (BI). Dalam lima tahun terakhir, bank sentral melakukan intervensi, dengan turun langsung memberdayakan UMKM di Sumatera Utara, dan mengubah produk lokal menjadi komoditas global.

Potensi wilayah Sumatera Utara ini besar. Namun, para UMKM lokal tertantang sejumlah persoalan, yakni rendahnya produktivitas, akses pasar yang terbatas, dan literasi digital.

Merajut Asa Ulos

Dari helai demi helai benang, Monica dan penenun ulos Huta Raja menenun lebih dari sekedar kain-mereka menenun harapan. Kantor Perwakilan BI (KPw BI) Sibolga terus hadir melakukan pendampingan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan UMKM yang lebih luas.

Berkat pendampingan bank sentral, Monica tidak lagi berjualan secara tradisional. Setelah mendapat pelatihan marketing dan pengelolaan keuangan, misalnya, ia mampu memasarkan Ulosnya secara mandiri di ranah online.

Ia rata-rata menghasilkan Rp10 juta per bulan. Bahkan, penghasilan bulanannya dari menjual ulos karya sendiri sempat mencapai Rp21,5 juta per bulan. Harga ulos dijualnya mulai dari Rp1,2 juta hingga Rp11 juta.

Selain memberikan pelatihan digitalisasi, BI memberdayakan masyarakat penenun Huta Raja dengan membangun galeri. Fasilitas tersebut berfungsi sebagai tempat menampung hasil karya para penenun.

“Dulu para penenun menjual ulosnya sendiri-sendiri. Sekarang melalui galeri. Produk mereka pasti laku,” kata Sekretaris Kampung Ulos Huta Raja, Frizer Sitanggang.

Galeri menerapkan sistem yang menawarkan kepastian. Penenun menerima pembayaran di muka untuk hasil karya mereka. Ini memberikan keuntungan bagi penenun untuk menjaga modal. Pada gilirannya, galeri menjual hasil karya penenun dengan mengambil margin yang wajar untuk menutupi biaya operasional.

Kepala Desa Lumban Suhi Suhi Toruan, Raja Sondang Simarmata, menyatakan dalam tiga bulan terakhir, omzet galeri penenun mencapai Rp300 juta. “Sangat terlihat perbedaannya sebelum dan sesudah kampung ini dibina oleh BI. Sekarang semuanya menjadi terukur,” ujar Raja.

Kampung Ulos Huta Raja mengalami transformasi yang dimulai pada 2019. Melalui inisiasi pemerintah pusat, kampung ini menjalani revitalisasi sebagai bagian dari program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KPSN).

Bank Indonesia terlibat dengan tiga program strategis. Selain galeri ulos dengan sistem manajemen modern dan digital, bank sentral membantu dengan membangun coffee shop yang menjajakan produk kopi lokal, serta pengembangan desa wisata.

“Sekarang semuanya menjadi tersistem. Pungutan liar dan segala macamnya juga sudah tidak ada,” ujar Raja. “Masyarakat juga mampu berkembang secara mandiri, tidak hanya mendapatkan penghasilan, tetapi juga wawasan.”

Renny Katrina Manurung, Pemilik Galeri Dame Ulos di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dok/Katadata/Luky Maulana
Renny Katrina Manurung, Pemilik Galeri Dame Ulos di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dok/Katadata/Luky Maulana (Katadata)

Di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Renny Katrina Manurung, pemilik Galeri Dame Ulos, menjadi sosok yang merepresentasikan kisah sukses lain. Sarjana akuntansi itu memulai Dame Ulos pada 2014 dengan satu misi: menghidupkan kembali ulos yang selama ini kurang dihargai.

Renny mengaku hanya bermodalkan Rp5 juta dan sepuluh kain untuk merintis Dame Ulos. Pada awal usahanya, ia menghadapi hambatan klasik yang kerap dialami pelaku UMKM: akses pasar yang terbatas. Masuknya dukungan BI pada 2019 menjadi titik balik.

"Sejak menjadi binaan BI pada 2019, omset tahunan kami berada di antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar. Sekarang, di tahun 2025, kami telah mencapai Rp19 miliar," katanya.

BI menyediakan infrastruktur fisik yakni galeri dua lantai dan workshop pewarna alam. Fasilitas tersebut menjadi pusat untuk pameran, pariwisata, dan live streaming. Tapi dukungan yang paling krusial adalah fasilitasi digital.

“Kami menerima pelatihan digitalisasi. Saat itu, Dame Ulos tidak memiliki e-commerce, tidak ada website. Kami sepenuhnya konvensional," ujarnya. Kini, 85% penjualan Dame Ulos berasa dari online, termasuk live shopping di platform seperti TikTok.

Dame Ulos telah menjangkau pasar sejauh Amerika Serikat, Australia, Malaysia, dan Singapura. Saat ini, pendapatan galeri dari ekspor rata-rata menyumbang 15-20% dari total omzet. Kini, Dame Ulos mempekerjakan sekitar 200 penenun dan secara total mampu memproduksi 1.400 pieces ulos per bulan.

“Mimpi saya ke depan, saya ingin ulos ini bisa mendunia,” ujar Renny.

Kala BI Turun ke Kebun

Pernyataan Manat soal produktivitas kopi yang sudah rentan bukan sekadar keluhan. Data menunjukkan dari 12.895 hektaree  lahan kopi di Humbang Hasundutan, sebagian besar pohonnya berusia lebih dari 30 tahun. Produktivitasnya pun hanya 600 kg green bean per hektaree per tahun.

"Potensi kopi di Humbang Hasundutan ini besar. Tapi untuk mengembangkannya, kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri," ujar Manat, Ketua Koperasi Kopi Lintong.

Ketua Koperasi Kopi Lintong, Manat Samosir. Dok/Katadata/Luky Maulana
Ketua Koperasi Kopi Lintong, Manat Samosir. Dok/Katadata/Luky Maulana (Katadata)

Dalam lima tahun terakhir, Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Sibolga memberikan ribuan bibit kopi unggul dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, alat bor tanah, dan mesin sortir modern. Dampaknya pun signifikan. Produktivitas meningkat menjadi 2,5 ton green bean per hektaree per tahun.

Kini, produksi kopi Lintong rata-rata mencapai 425 ton per tahun. Yang mengejutkan: 90% hasilnya diekspor ke pasar luar negeri seperti Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, dan Cina.

Saat ini, Koperasi Kopi Lintong telah menaungi 900 petani dari 35 kelompok di enam kecamatan penghasil kopi. Menurut Manat, koperasi tidak hanya memberikan pendampingan teknis, tetapi juga kepastian.

“Petani bawa kopi ke gudang koperasi, kami timbang dan langsung bayar. Tidak ada ijon atau tengkulak," tegas Manat.

Di wilayah koperasi, harga gabah kopi kering tembus Rp60.000 per kg, tertinggi sepanjang sejarah, menurut klaim Manat. Dia menyebut pendapatan petani koperasi bisa tembus Rp9 juta per bulan.

Koperasi Kopi Lintong telah memperoleh sertifikasi Rainforest Alliance tahun lalu. Kini, mereka bersiap menghadapi EU Deforestation Regulation (EUDR), yaitu aturan ketat Uni Eropa yang mensyaratkan kopi bebas dari deforestasi. Pun begitu, Koperasi sudah memiliki sistem yang mencatat seluruh data petani, mulai dari koordinat lahan, status kepemilikan, hingga volume panen.

Strategi Bank Sentral

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga, Riza Putera, menjelaskan bahwa pemberdayaan UMKM dan komoditas lokal merupakan strategi BI dalam mengembangkan ekonomi daerah. Dia menyebut, dari 16 kabupaten/kota di wilayah kerja BI Sibolga, hanya sekitar 16% yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian Sumatera Utara.

"Kalau teman-teman di Jakarta menikmati kopi Mandailing atau Lintong, itu sebenarnya dari wilayah kerja kami," ujarnya. BI melihat potensi besar dari komoditas strategis seperti kopi, ulos, keripik, dan dodol.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga, Riza Putera. Dok/Katadata/Luky Maulana.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga, Riza Putera. Dok/Katadata/Luky Maulana. (Katadata)

BI memiliki lima pilar pengembangan ekonomi daerah, yakni penguatan UMKM, pengembangan komoditas unggulan, pariwisata, ekonomi digital, dan pemasaran. Hingga kini, BI Sibolga telah membina lebih dari 50 UMKM dengan strategi multi-aspek: peningkatan kualitas, fasilitasi pemasaran melalui pameran, business matching, dan digitalisasi.

Untuk kopi, misalnya, pendekatan BI dimulai dari hulu dengan mempromosikan perbaikan praktik budidaya. Menurut Riza, dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP), produktivitas kopi bisa meningkat dari 700 kilogram menjadi 1,5 ton per hektare.

Bank sentral juga menyediakan bibit unggul kepada para petani. “Kami tidak hanya fokus pada branding, tetapi juga kualitas,” ujarnya.

Di sisi hilir, BI membantu melalui pelatihan mutu, pameran ekspor, hingga digitalisasi pemasaran. Hasilnya mulai terlihat: sejumlah UMKM kopi binaan telah menembus pasar internasional, termasuk di ajang Singapore Coffee Week 2025.

Riza menambahkan transaksi digital di wilayah Sibolga tumbuh lebih dari 150% secara tahunan. "BI melihat bahwa pengembangan ekonomi daerah itu harus berakar dari potensi yang ada di daerah itu sendiri," ujarnya.

Dari pohon kopi renta di lereng Sumatera hingga alat tenun tradisional di tepi Danau Toba, intervensi Bank Indonesia membuktikan bahwa pemberdayaan ekonomi daerah yang terstruktur bisa mengubah produk lokal menjadi komoditas global. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Luky Maulana
Editor: Arif Hulwan

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...