Antisipasi PPnBM Ponsel, Erajaya Bangun Pabrik
KATADATA ? PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) berencana membangun pabrik telepon seluler (ponsel). Nantinya pabrik tersebut akan memproduksi ponsel merek Venera, yang merupakan brand milik Erajaya.
Wakil Direktur Utama Erajaya Hasan Aula mengatakan pembangunan pabrik tersebut untuk mengantisipasi keputusan pemerintah mengenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) produk ponsel. Penerapan PPNBM dikhawatirkan dapat meningkatkan perdagangan produk impor ilegal (black market).
?Suatu industri akan hidup kalau ada kompetitif. Artinya harganya tidak lebih mahal daripada yang diimpor, kalau lebih mahal akan lebih sulit,? kata Hasan seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta, Senin (26/5).
?Jadi kami mau nggak mau harus lebih proaktif dengan kami punya brand sendiri.?
Dia mengungkapkan saat ini sudah ada dua perusahaan yang siap bekerja sama untuk membangun pabrik tersebut yang ditargetkan selesai tahun depan. ?Sudah ada partner yang mau kerja sama. Dimulai dari assembly line (lini perakitan) ada 1-2 perusahaan. Semua produknya kita harapankan Venera,? tuturnya.
Adapun untuk lokasi pabrik akan berada di kawasan Palem, Cengkareng, Jakarta Barat. Namun dia menolak menjelaskan nilai investasi pembangunan pabrik. ?Di sana juga ada gudang pusat sentra kami,? jelasnya. ?Sekarang masih dalam tahap feasibility studies.?
Dia berharap pemerintah dapat mengurangi batas investasi minimum untuk mendapatkan insentif perpajakan (tax holiday). ?Kan mesti Rp 1 triliun, itu untuk industri kelas berat seperti baja. Yang wajar sajalah, Rp 100 miliar misalnya. Supaya semua bisa mulai,? tuturnya.
Direktur Erajaya Sim Chee Ping menambahkan, untuk tahap feasibilty studies diharapkan akan selesai dalam kurun waktu satu bulan. ?Saat ini kita sedang evaluasi beberapa pihak produsen (yang mau bekerja sama). Semuanya berasal dari Asia,? jelas Sim.
Selain merek Venera, kata dia, nantinya juga akan ada beberapa merek lokal lainnya yang akan dikembangkan. Baik dalam bentuk feature phone atau smartphone. Dengan nilai investasi yang kurang dari 50 persen dana belanja modal (capital expedenture/capex), yang dianggarkan senilai Rp 100 miliar.
?Investasi masih dievaluasi, tapi sudah dimasukan ke dalam belanja modal, nggak sampai 50 persen. Tahun lalu saja, capex yang terpakai Rp 60 miliar,? tuturnya.
Adapun untuk pengembangan, perusahaan juga menyiapkan dana sebesar Rp 110 miliar di luar dana capex. Dana tersebut akan dipakai untuk membangun kantor pusat. ?Kami kan ada lima kantor, itu nggak efisien. Kami maunya nanti jadi satu kantor saja,? ujar dia. Nantinya lima kantor yang lama akan disewakan kepada pihak lain.