Ridwan Kamil Minta Bantuan Publik Cari Nama untuk Kereta Cepat
Pemerintah terus menggenjot proses penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dengan target untuk difungsikan pada Juni 2023.
Seiring semakin rampungnya proyek tersebut, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, meminta usulan dari masyarakat untuk memberikan nama Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Rekomendasi nama terpilih nantinya akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo untuk diputuskan.
Sayembara ini menurutnya sesuai arahan Presiden Jokowi saat meninjau Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar beberapa hari lalu. Jokowi ingin masyarakat Jawa Barat juga terlibat dalam memutuskan nama kereta cepat sebelum diresmikan.
"Jadi Pak Presiden ke saya, Pak Gubenur minta masukkan dari masyarakat Jabar namanya apa," ujar Ridwan Kamil dalam keterangan persnya, Minggu (16/10) seperti dikutip dari Antara.
Pembangunan proyek kereta cepat pertama di kawasan Asia Tenggara ini sudah mencapai 88 persen rampung. Rencananya pada November 2022 satu gerbong rangkaian akan meluncur untuk menjalani uji coba.
"Bulan depan sudah mulai dites satu rangkaian," kata gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini.
Kang Emil pun mengungkap sudah memiliki beberapa nama yang akan diusulkan, salah satunya "Jamparing". Kata ini berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti anak panah dan bermakna melesat atau cepat.
"Itu namanya Sunda pisan walaupun enggak ada singkatannya," jelas Kang Emil.
Dalam kunjungannya ke Stasiun Tegalluar untuk memantau perkembangan proyek kereta cepat pada Kamis (13/10) lalu, Jokowi berharap moda transportasi ini dapat meningkatkan mobilitas orang dan barang, sehingga meningkatkan daya saing industri nasional. Menurutnya, infrastruktur tersebut akan menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di Jakarta, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung.
Menurut Presiden, salah satu tantangan dalam pembangunan lintasan kereta cepat Jakarta-Bandung adalah pembangunan terowongan, yang jumlahnya mencapai 13 unit. Terowongan terpanjang pada proyek tersebut adalah tunnel 2, berhasil dibangun pada 17 Juni 2022 dengan panjang 1.040 meter.
Pada kesempatan ini, Jokowi juga mengungkap alasan lambatnya proses konstruksi kereta cepat akibat kondisi di lapangan. Salah satunya karakteristik tanah yang disebutnya mudah lapuk apabila terekspos saat penggalian, sehingga berpotensi menimbulkan pergerakan konstruksi timbunan maupun jalan yang terdapat di atasnya. Tanah lempung tersebut tergolong ekstrem karena jika terekspos air dan udara, dapat mengurangi hingga 80 persen daya dukung tanah.
"Pandemi tidak ada urusannya dengan kereta cepat, tapi memperlambat sedikit," kata Jokowi.
Jokowi juga menekankan posisi Cina dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai investor, bukan pemberi hibah.
Proyek ini pun mengalami pembengkakan biaya (cost overrun). Awalnya, estimasi biaya proyek kereta cepat berkisar US$6,1 miliar dengan alokasi US$4,8 miliar untuk komponen konstruksi (Engineering-Procurement-Construction/EPC) dan US$1,3 miliar non-EPC.
Kemudian, pihak Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengestimasikan terdapat pembengkakan biaya sebesar US$2,5 miliar menjadi US$8,6 miliar pada November 2020 karena adanya kenaikan dari EPC menjadi US$6,4 miliar dan non-EPC menjadi US$2,2 miliar.