Luhut Minta Pengusaha di B20 Tak Lihat Indonesia Seperti 10 Tahun Lalu
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Maves) Luhut Binsar Pandjaitan, memastikan para pengusaha dunia bahwa Indonesia telah mengalami transformasi dalam bidang ekonomi. Luhut mengajak para pengusaha yang menghadiri B20 Summit, agar tidak melihat kondisi ekonomi Indonesia seperti 10 tahun lalu.
menurutnya, kondisi Indonesia telah mengalami banyak perubahan dengan didorong kinerja ekonomi makro yang kuat, termasuk performa investasi stabil, pertumbuhan ekspor yang kuat, serta ketahanan pada sektor eksternal.
"Kita bergerak cepat dalam hal ini. Jadi jika ada negara atau pengusaha yang melihat Indonesia seperti 8 tahun lalu, lupakan. Ini Indonesia baru," ujar Luhut saat menjadi pembicara pada forum B20 Summit, di Bali, Minggu (13/11).
Menurutnya Indonesia kini menunjukkan perubahan besar dalam pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data kinerja ekspor, nilainya telah mencapai US$ 219 miliar atau hampir Rp 3.400 triliun (kurs Rp 15.473 per dolar).
Kinerja ekspor Indonesia juga mengalami surplus dalam 29 bulan berturut-turut, bahkan dalam kondisi pandemi Covid-19. Luhut mengatakan, pencapaian ini menjadi yang terbesar dalam sejarah Indonesia.
"Tahun ini kita percaya bisa mencapai US$ 292 miliar," kata Luhut.
Selain itu, Indonesia menjukkan ketahannya terhadap sektor eksternal, dan mampu membalikkan neraca produk domestik bruto (PDB) dari minus 0,42 % pada 2020, menjadi positif, dengan 1,14% pada kuartal kedua tahun ini. "Lima tahun terakhir ekonomi kita berjalan sangat baik," jelasnya.
Tak hanya itu, ke depannya Luhut menyatakan komitmen Indonesia untuk melakukan transisi, sehingga tidak lagi mengandalkan ekspor komoditas mentah. "Kita tidak akan seperti 10-15 tahun lalu dimana kita cuma menggali-gali saja dan langsung mengekspor, itu tidak akan terjadi lagi,” ucapnya.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 5,72% secara tahunan.
Kemudian Indonesia juga akan menurunkan emisi karbon dengan memprioritaskan terciptanya industri hijau.
Fokus ekspor juga akan berubah dari bahan mentah nikel, menjadi besi dan baja. Kemudian di masa mendatang Indonesia akan menyasar ekspor baterai lithium dan kendaraan listrik.
Untuk mewujudkan proyeksi tersebut, Luhut memaparkan potensi kekayaan Indonesia yang meliputi ekspor campuran produk padatan hidroksida dari nikel dan kobalt atau Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), materi untuk membuat baterai, yang meningkat tahun ini. Mencapai US$ 1,4 miliar, dari US$ 300 juta di 2021.
Kemudian, Indonesia juga akan meningkatkan efisensi melalui digitalisasi, termasuk dalam manajemen sumber daya alam. Hal ini diperlukan untuk mengurangi korupsi dan biaya produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah serta kesejahteraan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Target ini juga didukung beberapa infrastruktur, terutama industri hijau di Kalimantan Utara, serta infrastruktur panel surya dan pembangkit hydro dengan daya 10 gigawatt.
Melalui upaya ini, Luhut menargetkan pada 2030 pendapatan Indonesia dapat mencapai lebih dari US$ 10 ribu per kapita, memiliki industri hijau, dan pengurangan emisi karbon lebih dari 29%.