Daerah Diminta Lepas Ketergantungan pada Komoditas

Aria W. Yudhistira
26 Mei 2015, 10:22
Katadata
KATADATA
Petani sedang menjemur biji cengkeh di kawasan Kuma, Tabukan Tengah, Kepulauan Sangihe,

KATADATA ? Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro meminta pemerintah daerah (pemda) melepaskan diri dari ketergantungan kepada komoditas untuk mendorong perekonomian di wilayahnya.

Indonesia, kata dia, terutama di bagian timur kaya akan komoditas, baik perkebunan maupun pertambangan. Namun, perekonomian yang mengandalkan produk bahan mentah itu tidak akan berkelanjutan. Ketika harga komoditas turun, langsung berpengaruh terhadap perekonomian di daerah itu.

?Ekonomi yang sustainable bukan ekonomi berbasis komoditas,? kata Bambang dalam acara bertajuk ?Trade and investment: East Indonesian Regions? di Jakarta, Senin (25/5).

?Yang menetralkan adalah pengolahan. Contoh Sulawesi, meskipun petani cokelat terganggu harga yang turun, tapi masih punya pasar yakni pabrik yang mengolah.?

Karena itu, dia berharap, pemda dapat mencari mitra untuk membangun pabrik-pabrik yang dapat meningkatkan nilai dari produk komoditas yang dihasilkan di daerahnya. Apalagi, dia menambahkan, pemerintah telah mengalokasikan sepertiga dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke desa.

Dana ini bisa dipakai untuk mendorong pembangunan infrastruktur di daerah, sehingga dapat membuat iklim investasi menjadi lebih menarik. Dia menyebutkan, ada dana sebesar Rp 20,7 triliun yang 90 persen dari anggaran tersebut diberikan kepada 74 ribu desa. Sedangkan 10 persennya, dibagi menurut formula.

?Kalau pemda bisa optimalkan dana ini maka pertumbuhan ekonomi akan muncul. Kalau dipakai untuk infrastruktur, maka ada double positive impact. Total dana transfer ke daerah pada 2015 Rp 650 triliun, ini besar. Jadi kunci awal pemerintah daerah. Maka harus dimanfaatkan agar jadi stimulus,? kata Bambang.

Dia mencatat, pertumbuhan ekonomi wilayah paling tinggi yakni Bali dan Nusa Tenggara yang tumbuh 9 persen. Pertumbuhan ini karena didukung oleh pariwisatanya. Posisi kedua ditempati Sulawesi sebesar 7 persen, yakni karena didukung oleh ekspor cokelat, ikan, tanaman pangan, dan nikel yang diolah. Kondisi di Sulawesi ini, semestinya menjadi contoh bagaimana pengolahan komoditas membantu tumbuh lebih baik ditengah penurunan harga.

Peringkat ketiga yakni Jawa yang hanya tumbuh 5 persen didukung oleh sektor manufaktur dan jasa. Khususnya di bidang telekomunikasi, perdagangan, dan transportasi. Keempat adalah Papua dan Maluku tumbuh 3,7 persen. Menurut dia, pencapaian di bawah pertumbuhan nasional 4,71 persen ini karena ketergantungan pada sumber daya alam (SDA) khususnya tambang.

Kelima ditempati oleh Sumatera sebesar 3 persen karena bergantung pada batubara yang harganya turun. Sekalipun pemerintah berencana membangun pembangkit listrik 35 ribu mega watt (MW), namun dampaknya baru akan terasa dalam jangka lama. Posisi terakhir disandang oleh Kalimantan, yang tertekan harga komoditas.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia bagian timur masih berpeluang tumbuh tinggi. Namun, hal ini bisa tercapai bila swasta baik asing maupun domestik juga pemerintah ikut membangun kawasan tersebut. Dengan begitu, Indonesia bagian timur bisa terlepas dari ketergantungan pada komoditas.

Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...