Produksi Gas ConocoPhillips Tambah 16% Berkat Fasilitas Baru
Pembangunan fasilitas produksi Sumpal Compression Project milik ConocoPhillips telah diresmikan dan mulai beroperasi. Fasilitas tersebut akan meningkatkan produksi gas dari perusahaan energi asal Amerika Serikat itu.
Presiden Direktur ConocoPhillips (Grissik) Indonesia Ltd. Bijan Agarwal mengatakan, proyek ini meningkatkan produksi Lapangan Sumpal, Blok Corridor Sumatera Selatan, sebesar 16,9 persen. “Sumpal Compression Project berhasil mengoptimalkan volume produksi dari 265 juta kaki kubik per hari (mmscfd) menjadi 310 mmscfd,” kata dia berdasarkan siaran persnya, Minggu (21/5).
(Baca: SKK Migas Targetkan 14 Proyek Hulu Migas Beroperasi Tahun Ini)
Menurut Bijan, proyek itu dilaksanakan di area brown field atau proyek yang bersifat penyempurnaan di lapangan eksisting tanpa mengganggu kegiatan rutin operasi produksi. Tujuannya agar tidak mengganggu kegiatan rutin operasi produksi.
Dalam pengerjaan proyek, ConocoPhillips juga meminimalisir gangguan ke masyarakat sekitar. Selain itu, proyek ini juga melibatkan tenaga kerja lokal. "Sumpal Compression Project memiliki presentasi TKDN sebesar 58,96%", ujar Bijan.
Adapun proyek Sumpal Compression Project meliputi satu tingkat sistem kompresi yang terdiri dari tiga unit kompresor turbin gas (Gas Turbine Compressor/GTC) dengan total 24 ribu tenaga kuda. Selain itu, ada dua unit pembangkit listrik turbin gas (Gas Turbine Power Generation) masing-masing sebesar 1 Megawatt (MW). Terdapat pula ruang kendali yang berisikan sistem pengontrol , instrumen sistem keselamatan, instrumentasi elektrikal, serta perluasan area operasi.
(Baca: BPK Temukan Penyimpangan Cost Recovery ConocoPhillips dan Total)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan yang ikut meresmikan proyek tersebut mengklaim, adanya penghematan yang dilakukan ConocoPhillips. Perusahaan asal Amerika Serikat itu hanya menghabiskan dana US$ 153,6 juta atau sekitar Rp 2,04 triliun. Biaya awalnya diperkirakan mencapai US$ 222,9 juta.
Adanya penghematan ini sangat penting bagi keekonomian proyek. "Produk migas tidak ada yang bisa menentukan harganya. Kalau tidak bisa menentukan harga jual, harus efisien," kata Jonan.
Selain itu, proyek tersebut juga selesai tiga bulan lebih cepat dari jadwal. Awalnya proyek ini ditargetkan beroperasi awal Juli mendatang, namun berhasil beroperasi pada April lalu. (Baca: Fasilitas Produksi ConocoPhilips Beroperasi Lebih Cepat dari Target)
Proyek ini mampu diselesaikan dalam 3.248.149 jam kerja tanpa kecelakaan. Aspek keselamatan sangat penting dalam bekerja di industri migas. "Generasi sekarang, kalau bekerja di perusahaan yang tidak mengutamakan safety, pasti tidak mau. Berapa pun penghasilannya," kata Jonan.