Atasi Macet dan Kecelakaan, KRL Akan Pakai Sistem Loop Line

Dimas Jarot Bayu
23 Agustus 2017, 11:24
Perlintasan Kereta Sebidang
ANTARA FOTO/ Atika Fauziyyah
Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline melintasi jalur kereta api di jalan Pejompongan Raya, Jakarta Pusat, Jumat (10/3). Pemerintah akan menutup 14 perlintasan kereta api sebidang di wilayah DKI Jakarta mulai Mei 2017 untuk mengurangi resiko kecelakaan.

Kementerian Perhubungan berencana membangun sistem kereta api terpadu atau loop line untuk kereta api rel listrik (KRL) di Jakarta. Rencana pembangunan loop line dimaksudkan untuk mengurangi perlintasan sebidang yang selama ini menjadi masalah, seperti kemacetan dan kecelakaan.

Loop line merupakan pola operasi satu perjalanan di sejumlah relasi kereta. Nantinya penumpang tidak perlu transit kereta hingga ke stasiun tujuan. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan sistem loop line akan diterapkan di jalur KRL mulai dari Kebayoran Lama, Tanah Abang, Kota, Kemayoran, hingga berputar lagi ke arah Selatan.

Dengan sistem loop line, semua perlintasan tersebut akan ditinggikan (elevated) hingga tak ada lagi perlintasan sebidang. Saat ini di Jakarta terdapat puluhan perlintasan sebidang yang kerap menjadi masalah transportasi, baik kemacetan maupun kecelakaan. Menurut Budi, loop line, dapat menjadi salah satu solusi karena akan menutup perlintasan sebidang.

"Maka dengan loop line diharapkan perlintasan sebidang itu tidak ada lagi. Berarti kecelakaan berkurang dan kecepatan kereta api juga bisa lebih cepat," kata Budi usai menjadi pembicara di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (22/8). (Baca: Mulai Mei, Pemerintah Tutup 4 Perlintasan Kereta di Jakarta)

Selain itu, loop line juga dimaksudkan agar kapasitas angkut KRL dapat menjadi lebih banyak. Nantinya, kapasitas angkut KRL dapat bertambah antara 600 ribu - 700 ribu penumpang di kawasan Jakarta. Hal ini dianggap bisa menjawab keluhan masyarakat.

Pembangunan loop line tersebut akan dilakukan melalui kerja sama antara Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Adapun, dana yang dibutuhkan untuk pembangunan sistem ini diperkirakan sekitar Rp 7 triliun hingga Rp 8 triliun.

"Nanti itu akan seperti proyek MRT, kerja sama antara pusat dan daerah," ucap Budi.

Saat ini, rencana pembangunan loop line masih dalam proses studi kelayakan. Dia memperkirakan proyek ini akan mulai dibangun setelah studinya selesai pada akhir 2018. (Baca: Menhub Ingin Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Dibuat Melayang)

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...