Pemerintah Dorong Investasi Perawatan Pesawat ke Indonesia Timur
Pemerintah tengah mengarahkan investor untuk masuk dalam industri Maintenance, Repair, Overhaul (MRO) atau perawatan pesawat terbang di bandara Indonesia Timur. Hal ini lantaran masih banyak potensi pengembangan industri ini pada beberapa bandara di wilayah tersebut.
Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan beberapa bandara yang berpotensi dikembangkan industri ini adalah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan Bandara Internasional Frans Kaisiepo Biak (Papua).
Putu menjelaskan keberadaan industri MRO di dua bandara ini penting untuk mengifisienkan biaya perawatan. Bukan hanya pesawat, MRO ini dapat digunakan untuk perawatan helikopter yang menjadi salah satu transportasi udara utama kawasan Indonesia Timur.
"Apalagi banyak daerah di Indonesia belum punya MRO," kata Putu dalam acara diskusi di Jakarta, Selasa (31/1).
Dia mengatakan langkah yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan memfasilitasi serta memberitahu potensi bisnis ini di bandara Indonesia Timur. Ada beberapa industri MRO yang terintegrasi dengn bandara akan berjalan di Bandara Bintan serta Kertajati.
Ketua Indonesia Aircraft Maintenance and Service Association Richard Budihadianto mengklaim Indonesia jadi negara ASEAN yang belum memiliki aviation park atau kawasan industri berbasis aviasi, yang salah satunya berisi kawasan MRO. Dirinya juga mengaku telah mengajukan pentingnya aviation park ini.
"Namun, pemerintah hingga saat ini belum menentukan (lokasi)," kata dia.
Hal ini dirasa Richard penting lantaran tidak mungkin tiap maskapai berinvestasi di bidang MRO lantaran biaya. Di sisi lain, peluang ini dapat dimanfaatkan agar maskapai negara lain dapat menggunakan fasilitas bengkel ini di Indonesia. Pada 2015 jumlah pesawat dari seluruh maskapai Asia masih 18 persen dari keseluruhan dunia dan berada pada posisi ketiga. Setahun kemudian, Asia berada di posisi kedua.
Sementara Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Iwan Juniarto mengatakan pertumbuhan industri MRO bisa mencapai 10 persen tiap tahunnya. Di sisi lain anak usaha Garuda Indonesia tersebut hanya menguasai 4 persen pasar MRO global sehingga pemerintah dirasakan masih perlu memberi dukungan.
"Kami tidak memandang MRO di Indonesia sebagai pesaing tapi berkolaborasi untuk menggarap pasar," kata Iwan.