Kebutuhan Meningkat, Impor Gandum Diprediksi Capai 11,8 Juta Ton
Impor gandum diprediksi kembali meningkat tahun ini menjadi sekitar 11,8 juta ton. Tingginya permintaan gandum antara lain terus terdorong oleh besarnya kebutuhan industri makanan dan pakan ternak yang terus meningkat di dalam negeri.
Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mengungkapkan impor gandum di dalam negeri hingga saat ini diakui masih cukup tinggi. Dengan perkiraan impor gandum tahun ini mencapai 11,8 juta ton, konsumsi gandum terbesar masih akan terserap oleh industri tepung terigu nasional sebesar 8 juta ton. Sementara 3,8 juta ton sisanya, sebagian terserap untuk memenuhi kebutuhan sektor pakan ternak.
(Baca : Harga dan Mutu, Alasan Pelaku Industri Memilih Jagung Impor)
"Kebutuhan gandum tahun ini ada kenaikan sekitar 5%," ujar Ketua Umum Aptindo Franciscus Welirang kepada Katadata, Selasa (20/2).
Peningkatan kebutuhan gandum juga dinilai sejalan dengan meningkatnya penjualan komoditas tepung yang bisa mencapai 5%-6% dalam dua tahun terakhir.
Kebutuhan Indonesia untuk komoditas gandum saat ini relatif tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total impor gandum Indonesia sepanjang 2016 mencapai 10,53 juta ton meningkat 42% dari tahun sebelumnya hanya 7,4 juta ton. Demikian pula nilainya juga naik 15,6% menjadi US$$ 2,4 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,08 miliar.
Adapun Australia menjadi negara pemasok terbesar gandum ke Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor gandum dan meslin yang berasal dari Negeri Kanguru pada 2016 mencapai 3,5 juta ton atau sebesar 33% dari total. Sementara impor terbesar kedua dari Ukraina dan ketiga berasal dari Kanada.