Yusuf Mansur Targetkan 2,2 Juta Penabung Baru di Bank Muamalat
Founder & Owner Paytren Asset Manajemen Yusuf Mansur mengajak masyarkat untuk membuka rekening di perbankan syariah, khususnya Bank Muamalat. Hari ini, dia dan sekitar seribu jemaahnya datang ke kantor pusat bank syariah pertama di Indonesia itu untuk membuat tabungan baru.
“Saya di bawah komando kiyai dan alim ulama yang lain mendorong umat menunjukkan kepedulian dan keberpihakan kepada ekonomi syariah, Bank Muamalat khususnya, dengan membuka rekening tabungan,” kata Yusuf Mansur di Muamalat Tower, Rabu (28/2/2018). Harapannya, Bank Muamalat kembali bersemangat sehingga makin berkembang.
Pemilik Pesantren Darul Quran ini mengaku tidak mematok dan yang akan terkumpul dari aksi ini. Dia hanya menargetkan 2,2 juta pengguna layanan finansial Paytren untuk membuka rekening tabungan di Bank Muamalat. (Baca juga: Bidik Investor Masuk di Semester 1, Muamalat Klaim Banyak Calon).
Dalam hitungannya, bila per orang menaruh uang Rp 100 ribu, dana yang terkumpul bisa mencapai Rp 220 miliar. “Kan minimal bisa Rp 100 ribu per orang. Itu mulainya. Mudah-mudahan signifikan tahun depan,” ujar Yusuf.
Dia meyakinkan agar para nasabah Bank Muamalat tidak perlu khawatir dengan uang yang ditabung karena telah dijamin oleh Lembaga Pemjamin Simpanan (LPS). Karenanya, Yusuf meyakini tidak akan terjadi penarikan dana secara massal atau rush, terutama di Bank Muamalat.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Muamalat Achmad Kusna Permana menyatakan bahwa gerakan yang dimotori Yusuf Mansur sebagai strategi Bank Muamalat dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). “Kita menggandeng komunitas kei-Islam-an untuk melebarkan bisnis Muamalat,” kata Permana pada kesempatan yang sama.
Ke depan, Bank Muamalat tidak akan berhadap-hadapan secara langsung dengan bank konvensional. Karena itu, kata Permana, lembaganya hendak mencari segmen yang berbeda. Misalnya, membangun kerja sama dengan Paytren. (Baca: Menanti Peminang Sejati Bank Muamalat).
Masuknya dana segar dari gerakan menabung massal ini setidaknya dapat menjadi bantalan sebelum ada investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya. Seperti diketahui, PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) yang September lalu hendak mengambil alih 51 persen saham Bank Muamalat akhirnya batal.
Selain, masalah modal, Bank Muamalat memang sedang disorot terkait masalah pembiayaan seret (non performing finance/NPF) yang perlu diselesaikan. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso berkata, “Ada-lah radang-radang. Tapi masih bagus. Jadi masalah likuiditas tidak masalah. Kalau NPF-nya di atas threshold, otomatis kami minta setor modal,” kata Wimboh, Kamis (15/2). (Baca pula: OJK Tagih Kejelasan Rencana Calon Investor Bank Muamalat).
Mengacu pada laporan publikasi bank per September 2017, rasio NPF gross Bank Muamalat berada di posisi 4,54 persen, naik dari September 2016 sebesar 4,43 persen. Sedangkan NPF netto Bank Muamalat di level 3,07 persen, di atas ambang batas tiga persen. Sementara itu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Muamalat berada di level 11,58 persen, turun dibandingkan September 2016 yang sebesar 12,75 persen.