Pengusaha Harap Relokasi Pabrik Mebel Tiongkok Disertai Pembatasan
Pengusaha Tiongkok berencana merelokasi atau memindahkan produksi mebel ke Indonesia. Pengusaha dalam negeri berharap pemerintah melakukan pembatasan sehingga pengusaha Tiongkok tak akan menguasai sektor hulu hingga hilir industri mebel di tanah air.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto mengatakan sebaiknya investor Tiongkok hanya dibatasi masuk ke sektor hilir atau tahap penyelesaian produk yang telah dibuat industri lokal.
"Pekerjaan mulai dari pembuatan rangka sampai kursi mentah itu pengusaha lokal, supaya industri dalam negeri tidak rusak," kata Soenoto di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat (9/3).
Pemerintah Indonesia-Tiongkok sedang menjajaki rencana relokasi industri mebel rotan di Tiongkok, salah satu tujuannya ke Cirebon. Di kota Foshan, Tiongkok, terdapat sentra industri mebel rotan yang bahan bakunya diimpor dari Indonesia.
(Baca juga: Asosiasi Klaim Ekspor Mebel Melejit Berkat Permintaan dari Eropa)
Berbekal bahan baku asal Indonesia, industri mebel rotan di Tiongkok menguasai pasar dunia. Sebaliknya industri mebel rotan di Cirebon hampir mati suri karena kalah bersaing. Pemerintah kini telah menutup ekspor bahan baku rotan yang membuat Tiongkok kesulitan memperoleh bahan baku. Sehingga, investor asal Negeri Panda tersebut tertarik merelokasi pabrik mebel rotannya ke Indonesia.
Menurut Soenoto, hasil akhir dari produk mebel dan kerajinan yang diolah investor Tiongkok dapat diekspor ke seluruh dunia. Dengan begitu, hal tersebut akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekspor industri mebel dan kerajinan dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor mebel selama 2017 hanya naik 1% mencapai US$ 1,627 miliar. Pada 2016, nilai ekspor mebel sebesar US$ 1,607 miliar.
Soenoto menyatakan keberadaan investor asing penting untuk mendongkrak pertumbuhan industri dalam negeri. Untuk saat ini industri mebel dan kerajinan lokal masih kesulitan jika harus bersaing berebut pasar dengan negara lain. "Perang dan kompetisi tidak akan menang. Jadi satu-satunya harus bekerja sama," kata Soenoto.
Soenoto menilai, Tiongkok merupakan negara yang memiliki dana, wawasan, serta teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan industri mebel dan kerajinan. Hanya saja, mereka tak memiliki bahan baku seperti rotan untuk bisa produksi.
(Baca juga: Kemenperin Targetkan Ekspor Mebel Naik Dua Kali Lipat Tahun 2018)