Masyarakat Pedesaan Didorong Fokus Pengembangan Komoditas Unggulan
Masyarakat pedesaan didorong fokus pada komoditas unggulan pertanian wilayahnya. Langkah itu dilakukan untuk mendorong kesejahteraan dan penguatan ekonomi masyarakat daerah.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo menyatakan bahwa saat ini sekitar 87,77% penduduk desa hidup di sektor pertanian. Karenanya, program Produk Unggulan Desa (Prukades) akan mengembangkan skala ekonomi yang besar.
Masalahnya saat ini banyak pedesaan belum fokus terhadap komoditas unggulan wilayahnya, sehingga perekonomian masyarakat sulit maju. “Kemiskinan terjadi di desa karena tidak punya akses pasar dan banyak desa yang tidak fokus terhadap komoditas unggulan,” kata Eko di Jakarta Food Security Summit, Jumat (9/3).
(Baca : Skema Kemitraan, Solusi Mendorong Produktivitas Pangan)
Karenanya, program Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades) dihadapkan mendorong masyarakat pedesaan memiliki akses pasar, karena untuk mencapai proses tersebut wilayah pedesaan seharusnya memiliki setidaknya 3 komoditas penting. Jika akses pasar bisa masuk ke pedesaan, maka perdagangan komoditas antar wilayah bisa terjadi dan saling melengkapi. Saat ini, Prukades baru menysar 12 ribu desa dari target 25 ribu.
Eko pun meminta komitmen kepala daerah atau bupati untuk mengembangkan wilayahnya. “Butuh komitmen bupati yang sulit, tapi popularitas seharusnya membantu sosialiasi kepada masyarakat dan ekonomi juga bisa meningkat,” ujarnya.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Budiarso Teguh Widodo menyatakan butuh peningkatan sarana dan prasaran pedesaan agar pihaknya bisa mengucurkan anggaran tunai. Ia juga menyatakan, penyaluran dana akan dilakukan 3 kali, yaitu 20% pada Januari, 40% Maret, dan 40% sisanya pada Juli 2018.
Pada tahun ini, pemerintah mengalokasikan dana desa sebesar Rp 60 triliun. Selain untuk mendorong pembangunan desa, program tersebut juga diklaim telah berhasil menurunkan angka kemiskinan hingga 4,5%.
(baca juga : JK: Kolaborasi Pemerintah dan Pengusaha Dorong Ketahanan Pangan)
Chairman Grow Asia Jens Hartmann mengungkapkan bahwa inovasi adalah kunci dalam menghadapi tantangan pertanian secara global. Teknologi yang digunakan adalah benih, perlindungan tanamana, meknanisasi hingga teknologi digital untuk penyediaan data.
Ia berharap petani Indonesia dapat mengikuti teknologi inovasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas. “Pendampingan petani juga tidak kalah penting supaya mereka dapat mengadopsi teknologi modern,” kata Hartmann.
Sementara, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Franky O. Widjaja menungkapkan bahwa petani memamg dinilai perlu pendampingan untuk menjalankan praktik pertanian yang baik. Sehingga, koperasi akan berperan sentral selain sebagai lembaga yang berbadan hukum, juga sebagai wadah interaksi, terlebih untuk masyarakat desa.
"Koperasi juga akan mendorong sumber daya manusia yang baik. Transparansi dan akuntabilitas juga sangat dibutuhkan, demikian pula dengan teknologi tepat guna,” ujar Franky.