Pekerja Tiongkok Jadi Pelatih di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
China Railway Corporation (CRC) akan memberikan pelatihan untuk para pekerja lokal dalam proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Pelatihan itu bakal diberikan melalui program pendampingan dari para tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaludin mengatakan, melalui program tersebut nantinya para pekerja Tiongkok akan memberikan transfer keilmuan kepada para pekerja lokal.
"Nanti akan ada pendampingan satu tenaga kerja mereka untuk tiga sampai empat tenaga kerja Indonesia," kata Ridwan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Rabu (2/5).
(Baca juga: Target Pengoperasian Kereta Cepat Jakarta-Bandung Molor ke 2021)
Melalui pendampingan ini, diharapkan para pekerja lokal nantinya memiliki keahlian, pengetahuan, serta teknologi dalam mengembangkan proyek kereta cepat. Sebab, pembangunan infrastruktur proyek ini menggunakan teknologi yang terhitung baru di Indonesia.
Ridwan memastikan, melalui pendampingan ini maka tenaga kerja yang dipakai dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan lebih banyak berasal dari dalam negeri.
Menteri BUMN Rini Soemarno dalam kesempatan terpisah menyatakan hal yang sama. Rini mengatakan pekerja lokal masih akan mendominasi pengerjaan proyek kereta cepat tersebut. Hanya saja, beberapa jabatan profesional yang berkaitan dengan teknis proyek masih akan dikerjakan tenaga kerja asing asal Tiongkok.
"Jadi lebih banyak pekerja lokal tapi secara teknologi itu memang masih memakai interior dari mereka," kata Rini.
(Baca: Tiongkok Cairkan Utang Rp 2,2 Triliun untuk Proyek Kereta Cepat)
Ridwan menyampaikan, rencananya pengerjaan proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung akan dirampungkan tiga tahun setelah pembebasan lahan diselesaikan. Saat ini, lahan untuk proyek tersebut baru terbebaskan sebesar 64,2%.
Angka ini meleset dari perkiraan awal yang seharusnya rampung pada akhir lalu. Pemerintah menargetkan pembebasan lahan di 22 titik akan diselesaikan pada 7 Mei 2018.
Ridwan mengatakan, akselerasi pembangunan proyek itu sekarang akan difokuskan ke beberapa titik seperti terowongan dan stasiun utama. Akselerasi itu selaras dengan cairnya pinjaman dari China Development Bank sebesar Rp 2,2 triliun atau US$ 170 juta.
"Saya lihat sih beberapa titik kritis seperti terowongan yang mau selesaikan, stasiun-stasiun utamanya juga (akan diselesaikan)," kata Ridwan.