Lima Dukungan yang Dibutuhkan Sektor Hulu Migas untuk Investasi
Sektor hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia saat ini perlu mendapatkan dukungan dari beberapa pihak. Ini karena kondisi hulu migas Indonesia terus mengalami penurunan produksi dan butuh investasi untuk menemukan cadangan baru melalui eksplorasi.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan kehadiran Presiden Joko Widodo pada pembukaan The 42nd IPA Convention and Exhibition telah membangkitkan optimisme bagi perusahaan migas. Perusahaan migas akan bersemangat melakukan eksplorasi dengan skala yang besar. “Tujuannya adalah Giant Discovery,” kata dia, Minggu (6/5).
Investasi eksplorasi ini diperlukan demi mencegah memburuknya kondisi hulu migas. Apalagi Indonesia sudah menjadi net importir minyak pada 2002 dan diperkirakan akan menjadi net importir gas pada 2022.
Namun, untuk menarik investasi di hulu migas, Indonesia juga harus berkompetisi dengan negara lain. Alasannya karena setiap keputusan dari perusahaan migas untuk menanamkan modal di suatu negara akan dilakukan dengan sangat selektif. Oleh karena itu, peningkatan daya saing Indonesia di mata investor migas global merupakan hal mendesak.
Menurut Amien, ada beberapa dukungan yang diperlukan untuk menggairahkan sektor hulu migas. Pertama, industri keuangan Indonesia diharapkan bisa memfasilitasi mobilisasi dana. Kedua, semua pihak diharapkan mendukung dengan mempercepat perijinan. Ketiga, dukungan untuk memuluskan pembebasan lahan. Keempat, meminimalkan pungutan. Kelima, memfasilitasi penyelesaian aspek sosial apabila muncul.
“Semua itu untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Amien.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), investasi hulu migas sejak awal Januari hingga 31 Maret 2018 mencapai US$ 2,4 miliar. Padahal tahun lalu hanya di periode yang sama hanya US$ 1,9 miliar.
(Baca: Investasi Hulu Migas Kuartal I Tahun 2018 Meningkat)
Jika dirinci, investasi selama tiga bulan pertama tahun 2018 itu terdiri dari eksplorasi sebesar US$ 0,25 miliar. Sedangkan untuk eksploitasi yang berupa pengembangan dan produksi bisa mencapai US$ 1,97 miliar.