Perry Warjiyo Gubernur BI, Langkah Stabilisasi Kurs Diharapkan Menguat

Rizky Alika
24 Mei 2018, 13:24
perry warjiyo
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo

Perry Warjiyo resmi menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI), mengantikan Agus Martowardojo. Perry menghadapi tugas berat stabilisasi kurs rupiah di tengah banyaknya tantangan eksternal, di antaranya kenaikan bertahap bunga acuan AS yang memicu arus keluar dana asing dari pasar keuangan negara berkembang.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan perlu ada langkah konsisten dari BI untuk menyediakan valuta asing (valas) di pasar guna meredam pelemahan kurs rupiah. Sebab, kenaikan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate sebesar 0,25% ke ke level 4,5%, pertengahan Mei lalu, dianggapnya terlambat.

“Respons BI sebelumnya yang terlambat menyesuaikan bunga acuan harus disikapi oleh Gubernur BI yang baru,” kata Bhima kepada Katadata.co.id, Kamis (24/5). (Baca juga: Rupiah Anjlok, Gubernur BI: Ekonomi 2018 Lebih Kuat dari 1998 dan 2008)

Sepanjang tahun ini, ia mencatat kurs rupiah sudah melemah 4,62% terhadap dolar AS (year to date/ytd). Jika kurs semakin lemah pada Juni mendatang lantaran adanya kemungkinan kenaikan lebih lanjut bunga acuan AS, ia menilai BI dapat menaikkan kembali BI 7 Days Repo Rate sebesar 0,25%.

Di luar itu, ia menilai perlunya koordinasi dengan pemerintah untuk membuat Peraturan Perundang-undangan (Perpu) Lalu Lintas Devisa no.24/ 1999, bila mendesak. Tujuannya, untuk mewajibkan eksportir menahan devisa hasil ekspor minimal enam bulan di bank domestik untuk memperbesar pasokan valas. “Cara ini efektif untuk meredam pelemahan nilai tukar di Thailand,” katanya.

Beberapa ekonom mengatakan gejolak nilai tukar rupiah kemungkinan bakal berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ekonom senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah, misalnya, memprediksi gejolak akan berlangsung hingga akhir tahun atau bahkan tahun depan.

(Baca juga: Gejolak Kurs Rupiah Diprediksi Bisa Berlangsung Hingga Akhir Tahun)

"Diperkirakan akan cukup panjang," kata Piter. Penyebab gejolak, bukan hanya kenaikan bunga acuan AS, tapi juga faktor domestik yaitu defisit transaksi berjalan yang terkadang diperburuk dengan defisit transaksi perdagangan. Selain itu, membesarnya kebutuhan dolar AS untuk pembayaran utang luar negeri.

Banyak pihak berharap ada terobosan kebijakan BI di bawah kepemimpinan Perry. Sebab, dia dianggap sebagai ahli moneter. Beberapa waktu lalu, Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan Perry memiliki keunggulan lantaran merupakan pejabat karier yang berpengalaman menghadapi krisis.

"Pak Perry ini orang BI banget. Dia selalu ada di krisis 1997, 1998, 2005 waktu ada krisis obligasi, 2007, 2008 krisis Amerika. Jadi kita tak perlu meragukan kesiapan Pak Perry sebagai Gubernur BI," kata dia. Adapun Perry bakal memimpin BI hingga 2023 mendatang.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...